Rio sudah mengganti kemeja sekolahnya yang tadi belepotan adonan kue,dengan T-shirt berwarna abu senada dengan celana SMA nya.
Ia berjalan menyusuri koridor-koridoh rumah sakit menuju kamar ify. Sore ini, ify sudah diizinkan pulang oleh dokter.
"Lho? Kok gak masuk,kka?" sapa rio pada cakka yang tengah duduk di bangku depan kamar rawat ify.
"ada orang tuanya ify, di dalem" jawab cakka.
"ohh. Ekh,agni mana?" tanya rio,sambil ikut duduk di samping cakka.
"dia ke rumah neneknya di jogja."
"kok ngedadak sih?"
cakka hanya mengangkat kedua bahunya.
"lo sama agni,gimana kka? Kayaknya lo beneran suka ya sama dia"
"mmh,ya.. Gw akuin kayaknya gw sayang deh sama dia." jawab cakka malu-malu.
"hhahaha, jah,kena tulah lo." ledek rio,puas.
"ya udah sih,gak usah ketawa ngakak gitu,makin item tau rasa lo."
"yee,kucrut. Gak ada hubungannya kali. Nah trus,trus gimana tuh?"
"gimana apanya??"
"ya,lo kan tadinya cuma jadiin agni...."
"ya,ya,ya. Gw tau. Tapi itu kan gampang. Yang taukan cuma d'orions, nah kalian baek-baek dah tu,jangan pada comel. Apalagi elo,hobby lo kan ngegosip bareng ify, awas aja lo,keceplosan"
"iye,iye. Kalo gw sih aman." jamin rio.
"cie,cie, cakka klepek-klepek deh sama 'cewek gagal' ckck" goda rio,sambil mengutip sebutan cakka untuk agni, sebelumnya.
"apaan sih lo,jayus. Elo sendiri gimana sama ify, kayaknya lulus SMA bakal ada yang langsung tunangan nih?" cakka menaik-turunkan kedua alisnya.
"ya,liat aja nanti" jawab rio cool.
"berarti beneran dong,lo berdua mau langsung tunangan."
"kan udah gw bilang, liat aja nanti."
"lo jadiin aja deh yo. Kalo lo sama ify kan perbaikan keturunan. Lo jelek ify cakep, lo pesek ify mancung, lo item ify....."
"lo mau dukung gw sama ify, apa mau ngatain gw. Lagian lo bawa-bawa kulit mulu. Berasa putih lo?" kata rio sewot.
"ceileh,abang rio ngambek nih." cakka mencolek-colek dagu rio.
"aargh,apa sih lo. Ekh kupret,lagian kalo gw mau anak gw putih, gw sama via aja, biar anak gw kayak kue salju"
"yee, mata lo 6 watt, mata via 5 watt, gak beda jauh, kasian anak kalian, ntar kalo Ketawa matanya ilang"
"ya udah gw sama deva aja, biar anak gw kayak senter berjalan,puas lo." ujar rio sewot tingkat tinggi,karena merasa harga dirinya di diskon habis-habisan (?).
"lagian kenapa juga pake ngomongin anak." gerutu rio, cakka terkekeh.
Tak berapa lama,orang tua ify keluar. Seorang pria dengan kemeja rapih,berkaca mata tanpa bingkai, nampak sangat cerdas dan berwibawa. Di samping pria itu, berdiri seorang wanita dengan tubuh langsing tegap dan rambut disasak indah, keduanya tersenyum ke arah cakka dan rio.
"kamu rio ya?" tanya mama ify.
"iya tante, saya rio." rio lalu mencium tangan kedua orang tua ify, disusul cakka yang melakukan hal yang sama.
Mama ify, melirik sekilas pada suaminya, lalu tersenyum penuh arti.
"tante sama om, nyampe jam berapa?" tanya rio basa-basi.
"3 jam yg lalu lah. Ekh, jangan panggil tante,panggil mama aja,yo. Sama kayak ify." kata mama ify lembut.
"hah? Ekh,emm. Iya,iya tan ekh iya mah." ucap rio kaku.
"bhahapbmmp.bmmph." cakka yang berdiri di samping rio membekap mulutnya, untuk menahan ledakan tawa, melihat rio yang tiba-tiba gagap.
"yo mama titip ify ya, pembantu kami lagi mudik, jadi kamu tinggal dirumah kami aja ya, 1 atau 2 hari lah, sampe ify baikan. Mama percaya kok sama kalian. Kami gak bisa lama-lama, ada peresmian cabang baru." jelas mama ify, panjang lebar.
"mau kan,nak rio??" tanya papa ify,dengan penuh wibawa.
"pasti mau dong om,tante. Rio kan calon menantu yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung. Iya kan yo,jawab dong kalo ditanya mama papa tuh." ucap cakka dengan niat 100% meledek.
"hhe,i..iya ma. Gak pa-pa kok. Nanti rio temenin ify." jawab rio pada akhirnya.
"syukurlah kalo gitu. Ya udah kami titip ify ya, kami harus segera ke bandara. Makasih ya,yo. Sampai ketemu lagi." tutur mama ify, lalu mengelus-elus kepala rio.
"titip ify ya,yo." tambah ify lalu menepuk pundak rio sebagai tanda perpisahan.
Setelah melambaikan tangan, keduanya pun bergerak menjauh di sertai bayangan yg condong sedikit ke arah timur.
"kok gw jadi di titipin anak gini sih?" gumam rio.
"bhahahaha" cakka meluapkan segenap tawanya yang sejak tadi ia tahan.
Menyadari cakka hanya akan meledeknya habis-habisan, rio memutuskan untuk segesa masuk kamar rawat ify.
"udah siap pulang nih?" sapanya pada ify yang tengah menyisir rambutnya.
Buukk
cakka yang baru muncul dari balik pintu,langsung dilempari tas oleh rio.
"bawa tu, kemobil gw." perintah rio.
"woo, lo kira gw kacung. Tapi gak pa-pa deh, 'jangan panggil tante, panggil mama aja,ya' bhahaha." sebelum pergi cakka masih sempat mengejek rio.
Buugg
sendal ify melayang membentur pintu, dilempar oleh rio.
"wlek,wlek,gak kena"
"cakkaaaaa" teriak rio.
"yaaaaampuuunn" timpal cakka, sambil ngibrit.
"fy, jangan sampe deh orang tua kita ketemu, bisa-bisa kita langsung dijodohin, dijadiin tumbal buat kelancaran binis mereka."
"hhahaha, serem amat bahasa lo."
"yee gw serius. Nyokap lo kayaknya demen banget dah sama gw, gw yakin nih ya, kalo gw ngelamar elo,tanpa babibu pasti langsung diterima. gw gak nyangka pesona gw,berlaku juga buat ibu-ibu." curhat rio.
Ify hanya membalas celotehan rio barusan dengan tersenyum.
"ya udah yuk, kita pulang." rio menggendong ify ke kursi rodanya.
"ekh,ekh. Akh,rio gak usah pake...."
"sstt,diem deh,bawel banget sih. Mending pake kursi roda, apa gw gendong sampe parkiran, heuh?" sela rio,ia tau pasti, ify tidak akan mau menggunakan kursi roda.
"huh" ify mendengus sebal,sambil memutar bola matanya.
"rio, gw mau jenguk shila." pinta ify tiba-tiba.
"shi..shila?"
"iya,kata iel,semalem..."
"jadi lo udah tau fy? Maaf ya fy, semalem gw emosi banget." sesal rio.
"yeh,kok minta maafnya sama gw? Makanya sekarang kita jenguk aja, sambil minta maaf."
"kalo kita di usir gimana?"
"gw kan manis, gak mungkin shila ngusir gw." jawab ify asal.
"kalo yang begini aja manis, gimana yang pahitnya??" ledek rio, sambil mendorong kursi roda ify kekamar rawat shila.
Klik
pintu dibuka, gadis penghuni kamar itu langsung membuka matanya yang sejak tadi ia paksakan untuk terpejam.
"mama..." serunya, setengah berharap.
"ohh,kalian" lanjutnya kecewa, setelah menyadari bukan Mamanya yang datang.
"udah baikan shil?" tanya ify ramah.
"udah, kayaknya tuhan masih mau maafin kebodohan gw. Lo sendiri gak pa-pa? Sorry ya fy." ucap shila lembut, ntah kemana hilangnya nada angkuh yang biasanya mengalun dari bibir gadis cantik itu.
"gak kok, gw baik-baik aja, malah gw udah mau pulang. Iya gak pa-pa kali. Lo...emh... kok lo nekat banget sih shil?"
"hhehe, iya fy, gini nih,kalo orang jahat frustasi." celetuk shila,sambil terkekeh.
"lo baik kok, gw yakin. Gw tau kenapa lo suka cari-cari masalah, cari ribut, sebenernya lo pengen di perhatiin kan, lo kesepian kan? Kita sama kok shil, tapi mungkin cara kita buat ngadepinnya yang beda." tutur ify.
Shila mengangguk.
"orang tua gw juga sibuk. lo cuma butuh sedikit senyum, jangan sembunyi di balik sikap bossy lo terus." saran ify.
"kita beda fy, gw gak sebaik dan sesempurna elo."
"gak ada yang sempurna shila. Asal lo mau berubah semuanya belum terlambat kok."
"maafin gw ya,fy,yo. Gw udah jahat sama kalian." airmata shila mulai menetes, mewakili sesal yang memburu dalam hatinya.
"pasti, kita maafin. Lo juga boleh kok jadi temen kita, apalagi kalo elo jadian sama iel, iyakan yo?" goda ify.
"ekh iya. Hhehe. Gw juga minta maaf banget buat yg kemarin ya. Lo boleh kok bales gw sekarang."
"hhaha, gak usah kali. Aku emang pantes kok dapet itu. Emmh,aku boleh minta satu permintaan yo?"
"apa?"
"boleh akuu....peluk kamu?" shila dan rio kompak melirik ify yang masih tersenyum manis, dengan tatapan boleh-gak-fy??.
"ngapain pada ngeliatin gw? Iya deh,gw gak liat." canda ify, sambil menutup matanya.
Itu berarti iya, dan ify tidak akan marah.
Rio mendekat, dan memeluk shila, sambil mengelus rambutnya.
Tuhaaann..shila sangat ingin menangis saat ini.
Saat rio, didekatnya seperti ini, jantungnya kembali berdetak tidak normal.
"IFY, JANGAN RELAIN RIO BUAT SHILA DONG" teriak cakka.
"ikh, apaan sih lo kka, siapa juga yang relain rio.." balas ify.
"sampe kapan juga gak mungkin gw relain." lanjutnya dalam hati.
Teriakan cakka tadi, spontan membuat rio melepaskan pelukannya.
"lo mau poligami yo?? Waduuhh" tuduh cakka.
"berisik akh,lo. Udah yuk,pulang,pulang,pulang." ajak rio.
"kita duluan ya shil." pamit ify.
"cepet sembuh ya shila."
"iya, makasih ya, bye." senyum shila mengantarkan kepergian ify, rio dan cakka 'yang masih bingung melihat kejadian tadi'.
"rio.." lirih shila, dengan nada bicara yang sulit diartikan antara berharap atau pasrah.
***
"kok gelap banget ya?" komentar ify saat tiba dirumahnya.
"yo,kayaknya mati....Lho? Kemana tu bocah."
"RIO,MARIO,RIO" panggil ify,kesal.
"ikh,kemana sih."
ify mulai berjalan pelan. Tangannya terjulur menghindari benda-benda yg mungkin bisa berbenturan dengannya.
Saat melewati halaman belakang rumahnya, ify ternganga.
Sinar dari barisan lilin menyapa pandangannya. Ify mengelilingkan pandangannya, di tengah kolam renang, ntah bagaimana caranya, mawar-mawar putih mengapung disana membentuk namanya,ALYSSA.
Sedangkan jalan dari tempat ify berdiri sampai ke kolam renang, dipenuhi foto-foto ify dkk dan tulisan doa-doa dari teman-teman sekolahnya yang di gantung dengan balon warna warni. Iel lah yang bertugas mengumpulkan tulisan-tulisan itu.
Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
Bukan karna kuat dan hebatku
Semua karena ify, semua karena ify...
Tak mampu diriku dapat berdiri tegar,
terima kasih ify..
Rio berjalan sambil bernyanyi, membawa kue tart berbentuk si kotak kuning spongebob.
SUPRIISEEE...
Teriak teman-temannya yang tadi sembunyi di balik barisan pohon asoka.
Ify masih speechless.
"ya elah, udah napa,fy, terpesona sama gw nya. Ayo buruan tiup lilinnya pegel nih gw." keluh rio.
"hhehe, iya,iya." jawab ify.
FUIHH
dengan satu tiupan lilin yang bertengger anggun berbentuk angka 1 dan 6 itu pun padam.
"potong kuenya fy." pinta alvin.
"gak akh,kuenya lucu spongebob, sayang." balas ify.
"yaelah tunggu" rio berjalan ke dalam, beberapa saat kemudian rio kembali membawa boneka spongebob berukuran ekstra besar.
"nih kado dari gw. Sekarang kuenya udah boleh di potong?"
"huaaa,rio makasiiihh" ify langsung berlari kearah rio dan memeluk boneka spongebobnya yang besarnya kira-kira 3/4 badan ify.
"huh gw kira, gw yang mau dipeluk." keluh rio.
"udah ayo potong kuenya" perintah Cakka tidak sabar.
Ify pun memotong kuenya dan menaruh potongan kue itu pada piring kertas kecil, keperakan.
"kue pertama,buat rio..." ify menyodorkan potongan kue pertamanya pada rio.
"gak mau akh,aku mau yang terakhir aja. Aku kan pengen jadi yang terakhir buat kamu" gombal rio.
"huu bilang aja,lo pengen dapet bagian yang paling gede kalo terakhir." cibir iel.
"fy makasi, lo sama rio, ini semua ide rio lo, dia sampe rela gue siram terigu." celetuk via.
"dan ini semua duitnya rio,pastinya." tambah cakka.
"yaiyalah, gak mungkin juga duit lo,lo kan kere." ledek alvi.
"woo, enak aja lo. Liat aja nanti,kalo agni ulang tahun, gw sewain kapal pesiar sekalian. Kayak gini doang mah ecek-ecek" cakka menjentikan jari kelingking dan jempolnya.
"ekh,ngomong-ngomong soal agni. Kok lo gak jempu dia,kka??" tanya via.
"dia lagi di jogja."
"ngarang lo. Orang tadi sore gw sama alvin ketemu dia kok lagi maen basket di lapangan kompleknya. Pas gw ajak bareng, dia bilang nunggu lo jemput. Iya kan,vin??" jelas via.
Alvin mengangguk, semua mendelik heran.
Cakka langsng menghentikan makannya.
"fy,pinjem hp lo deh." pinta cakka, ify mengangsurkan ponselnya.
Cakka memencet beberapa nomer yang sudah ia hapal diluar kepala.
tuutt.tuutt.tuutt.
Setelah beberapa kali nada panggin, akhirnya sambungan telepon diangkat.
"halo" suara seorang gadis terdengar jelas telepon yang sengaja di loadspeaker oleh cakka.
"halo,fy." ulang gadis itu,suaranya sedikit serak.
"halo agni, ini gw cakka."
"ohh,mmh, aa..ada apa kka?"
"kamu dimana,ag?"
"gw baru nyampe kka, dirumah nenek, kenapa??"
"ohh,beneran?"
"yaiyalah beneran. Gimana party nya ify?"
"seru kok, tapi gak lengkap tanpa lo."
"maaf ya kka."
"agni,bolanya taro mana nih?" seru seorang pria terdengar dari sebrang sana.
"bola? Itu siapa?" tanya cakka curiga.
"mmh anu kka,itu,mmh. Se..sepupu gw. Ya udah ya kka, gw mau mandi, bye."
"agni....."
klik.
Tuttutut
cakka menjauhkan ponsel ify dari telinganya.
"ditutup" lirihnya sedih.
"mungkin agni lagi gak mood dateng ke party kali kka. Karena gak enak sama gw, jadi dia terpaksa boong" hibur ify.
Semua mengangguk setuju.
"itu tadi kayak suaranya riko" batin cakka,galau.
"mmh,yaudah deh. Gw mau pulang aja. Gw duluan ya." pamit cakka.
"lo gak pa-pa kan kka?" tanya iel khawatir, cakka menggeleng.
"kita juga pulang yuk vin, aku pusing nih." ajak via.
"yaudah sono pada balik deh lo semua." usir rio.
"yee, yang punya rumah siapa, yang ngusir siapa. Baek-baek lo berdua, lo jangan macem-macem yo." pesan alvin.
Mereka berempat lalu keluar dari rumah ify,beriringan. Rio dan ify mengantar sampai depan pintu.
***
terlarut aku
dalam kesendirian
saat aku menyadari
tiada lagi, dirimu kini
sampai kapankah?
Aku mampu bertahan
tertatih aku jalani
semua kisah
hidupku ini.
Suara rio terdengar parau dan asal, tapi seasal apapun rio bernyanyi semua akan tetap sepakat bahwa suara rio selalu indah. Ia duduk termenung, dihalaman belakang rumah ify yang masih berhias mawar dan balon-balon. Rio mengamati barisan lilin yang tidak jauh dari tempat ia duduk, ada yang masih berpendar terang, ada yg nyaris mati dan ada pula yang sudah padam mendingin, diterpa angin malam.
Sama seperti manusia, ada yang bisa bertahan, ada yang tertatih ada pula yang menyerah ditumbangkan takdir.
"menurut lo ,gw termasuk yang mana de?" rio tau ini perbuatan bodoh, tapi ia tidak bisa membohongi diri sendiri, nama dea masih terasa begitu nyata untuk rio lupakan.
Ify yang tadi melangkah ringan dengan senyum ringan kearah rio, sambil membawa 2 gelas coklat panas, kini berhenti. Ia memutuskan untuk berbalik, karena sepertinya laki-laki itu tengah asik dengan kesendiriannya.
"ngapain balik lagi??" suara rio,membuat ify menghentikan langkahnya. Ify berbalik.
"ekh,nggak kok. Gw emang mau ke kamar" jawab ify sok santai, padahal bila mau jujur setiap sendi dan aliran darah ditubuhnya bergetar mengumpat dea.
"kalo mau pergi, kenapa lo bawa separuh dari rio buat ikut sama lo de, lo jahat." batinnya.
"kekamar bawa minum 2 gelas?? Otak lo gak bergeser kan fy?" Kata rio lebih ke mengejek di banding heran.
"lo gak bakat boong,tau. Sini lo." rio melambaikan tangannya,memberi isyarat pada ify agar mendekat.
"pasti coklat panas." tebak rio.
"hhehe, iya,ini minuman favorit gw. Nih,satu buat lo." ify menyodorkan satu gelas coklat panasnya pada rio.
Rio menerimanya, kemudian menyesap isinya sedikit demi sedikit, dalam diam.
"lagi kangen dea ya?" tanya ify, sedikit tidak rela.
"nggak" jawab rio berbohong, karena sebenarnya saat malam datang adalah saat paling sulit untuk rio mengusir bayangan dea, tapi untung lah sekarang ada gadis 'rame' ini disampingnya.
"toh dea gak kan kembali lagi, walaupun gw kangenin" lanjut rio.
"mmh,yo. Mau gw bantuin cari cewek? Secara gw kan gak mungkin terus jadi 'pacar' lo, kayak gini." ify mengangkat jari tengah dan telunjuknya, lalu menekuknya bersamaan, seperti membentuk tanda kutip.
"apa lo udah mau pergi?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir rio.
"bu..bukan..bukan gitu yo."
"Lo lagi suka sama siapa? Gw kenal? Tapi gw masih butuh elo,fy." tutur rio,setengah memohon.
"aduh yo, gak kok. Bukannya gitu. Ya,kan siapa tau lo mau gw bantu,gitu." ucap ify sambil menunduk.
"oke" rio berdiri, ify tersentak,
kenapa jadi beneran? Padahal tadi ify hanya basa-basi.
"kalo lo mau bantu gw cari cewek, sini ikut gw." rio mengulurkan tangannya pada ify, dan menariknya ke tepian kolam renang.
"liat deh ke bawah." perintah rio.
Ify menurut, ia menunduk mengamati permukaan air yang memantulkan sinar bulan dan bayangannya sendiri.
Seorang gadis manis berpiama putih.
"cariin gw cewek yang kayak gitu, yang persis sama dia, yang seceria dia, yang sebaik dia dan yang semanis dia." rio menunjuk bayangan ify diatas riak air kolam yang tenang.
Degg
jantung ify seperti jumpalitan di dalam tubuhnya, hidungnya seperti di sumbat biji-biji duren, dadanya serasa sesak, kata-kata rio barusan seperti menghentikan kerja seluruh organ tubuhnya.
"ma..maksudnya?"
"akh,bego,bego,bego,lo ngomong apa sih rio, asal banget." umpat rio pada dirinya sendiri, dalam hati.
"hah gak,gk, gw.. akh udah lupain aja.ekh tolong teleponin cakka dong, gw khawatie sama tu anak." rio menyodorkan ponselnya.
Ify tidak mau bertanya lebih jauh soal kata-kata rio tadi, karena rio sudah jelas-jelas menyangkalnya barusan.
Ify menerima ponsel rio dan segera menelepon cakka.
"halo kka?" sapa ify.
"halo fy." suara cakka, terdengar sangat parau, ify mengeryitkan dahi.
"lo kenapa kka?"
"gw..gw...agni..mmh, gw gak pa-pa fy, mungkin ngantuk soalnya dirumah sendirian." jawab cakka ngelantur, ia sepertinya sangat kacau.
"lo yakin? Mau gw suruh rio ke rumah lo?" tawar ify,khawatir.
"gak usah fy,kasian rio nya. Ya udah ya fy,gw mau istirahat aja. Lo cepet tidur sana, bye."
"ya udah bye,kka."
klik
telepon ditutup.
"kayaknya agni sama cakka lagi ada masalah ya?" tebak rio.
"mungkin, tapi biarin aja mereka selesain masalahnya sendiri, mereka kan juga udah dewasa. Masuk yuk, lo kan besok mau tanding basket, cepet tidur sana." nasehat ify.
"hhahaha,gw berasa suami yang lagi diingetin istrinya. 'papa,besok kan mesti rapat,ayo cepet tidur' hhehe." celetuk rio, mengutip kata-kata para istri biasanya.
"apaan sih lo." ify menyenggol lengan rio dan meninggalkan rio dengan semburat merah jambu di pipinya.
"malem alyssa, nice dream ya." teriak rio,pada ify yang sudah mencapai puncak anak tangga,
lalu menghilang di balik pintu kamarnya.
"alyssa saufika umari" setelah merapal nama itu, rio merasa wajahnya memanas dan tersenyum sendiri.
***
setiap hubungan akan selalu di iringi berbagai masalah dari yang kecil sampai yang cukup besar. Tapi mungkin karena baru pertama kali menggunakan seluruh hatinya untuk mencintai seorang gadis, cakka sudah merasa terhempas dan jatuh meski angin yang mendera hubungannya dengan agni, hanya semilir pelan.
Ada apa sebenarnya dengan gadis itu??
Flashback : on
satu tikungan lagi dan cakka akan segera sampai di rumah agni, saat ia membelokan motornya, terlihat satu pengendara lain dari arah berlawanan. Mata pengendara itu, Terlihat menatap tajam, menembus kaca helmnya. Gerak tubuhnya seakan ingin menunjukan bahwa ia telah menang dan cakka kalah. Pengendara itu segera memacu motornya lebih kencang setelah beberapa detik memandangi cakka.
"riko" guman cakka.
Tak berapa lama, motor cakka terparkir di selasar rumah agni.
"permisi....." ucapnya santun.
"ekh den cakka." seorang wanita bertubuh gempal berusia sekitar 50'an muncul dari balik pintu.
"agninya ada bi??" tanya cakka.
"non agninya lagi ke jogja,sama tuan dan nyonya." jawab si bibi.
Tampaknya cakka kalah cepat, pembantu rumah tangga ini sepertinya sudah diminta berbohong oleh majikannya.
"oh iya,den. Non agni juga titip pesen, kalo den cakka nyariin kesini, bibi suruh bilang, non agni minta maaf banget,besok gak bisa dateng ke acara basket." tutur si bibi dengan nada merendah.
"ohh,mmh,yaudah kalo gitu. Cakka pamit ya bi. Permisi."
"iya den,hati-hati dijalan"
tanding basket besok,jadi harus tanpa agni??
Apa salahnya hingga gadis itu menghukumnya seperti ini??
Dengan ekor matanya ia melirik sebuah kamar di lantai 2. Lampunya menyala.
Dan ntah benar atau tidak, cakka merasa sepasang mata tengah mengamatinya dari balik jendela.
"mungkin agni lagi butuh sendiri" cakka berusaha menghibur hatinya sendiri.
Flashback : of
meski telang berulang kali meyakin kan dirinya sendiri bahwa semua baik-baik saja, tapi tetap saja ketakutan itu menjalarinya. Ia termenung dalam ruangan yang lampunya sengaja ia padamkan. Gelap. Hitam.
Satu-satunya cahaya hanya berasal dari ponsel yang tengah di pandangi cakka, layarnya menampilkan fotonya dan agni.
"sebenernya ada apa sih,agni?" lirihnya.
Cakka menutup wajahnya dengan bantal. Saat ini ia sangat menyadari efek kehadiran agni yang telang mengacak-acak hati dan otaknya. Ia bukan lagi cakka yang dulu,cakka yang hatinya bercabang kemana-mana. Ia 'cakkanya agni'. Cakka yang begitu rapuh,tanpa gadis tomboy itu disisinya. Agni.
***
bumi masih berputar, matahari masih bersinar, azis masih gagap dan irfan bachdim masih keren (?)
hari ini, Perhelatan besar pun di gelar. Salah satu GOR ternama dikota bandung, sudah penuh dengan sorak sorai dan teriakan para suporter sekolah masing-masing. Hari ini, diadakan pertandingan basket bergengsi yang diikuti oleh semua sekola negri dan swasta tingkat SMA dari Bandung dan Jakarta.
SMA Citra Bangsa, merupakan salah satu tim yang di jagokan akan memboyong piala turnamen ini. Tapi tampaknya perjalan mereka tidak akan mudah, selain mendapat lawan yang cukup tangguh, SMA Nusantara, sekolah riko. Kondisi cakka yang tidak prima, ditambah lagi iel yang menghilang, babak penyisihan ini mungkin sudah akan memaksa mereka bermain 101% lebih baik.
"iel kemana sih, pertandingan 5 menit lagi nih." keluh rio panik.
"gak biasanya iel mangkir begini." timpal alvin, sambil melakukan pemanasan.
"ekh,zy, ozy." panggil rio pada ozy yang kebetulan lemat.
"apaan yo?" sahut ozy.
"Lo gantiin iel ya." pinta rio.
"owalah, lo gak liat postur badan gw lebih cocok gabung sama tim cheers gini??"
"ayolah zy, lo kan pernah ikut ekskul basket." bujuk rio.
"cuma 2 kali pertemuan,yo. Catet tu, 2 KALI. Lagian itu supaya keliatan lebih keren aja depan acha." jelas ozy tetap menolak.
"plis zy. Gak ada anak lain, pemain cadangan malah nyiapin party buat kita di sekolah, karena pada yakin banget kita bakal menang gampang dan gak butuh pemain pengganti. Ayolah,zy." desak rio.
"rio, bagaimana, iel sudah datang?" tanya pelatih.
"ozy yang bakal gantiin iel pak" jawab rio.
"oh,baiklah. Ozy cepat ganti baju."
"huufh" ozy menghela nafasnya.
Rasanya ia akan lebih suka memakai rok mini dan menari sambil bersorak bersama acha dkk, dibanding mendrible bola disaksikan ratusan pasang mata.
"semena-mena aja tuh si rio, gw disuruh gantiin iel. Boro-boro bisa, lari 3 puteran lapangan basket aja gw udah tepar. Haduh gimana nih kalo gw malah bikin kacau." pikiran-pikiran negatif terus berkelebatan dalam kepalanya.
Tak berapa lama, peluit tanda permainan dimulai melengking disela-sela gemuruh dukungan. Semua langsung bersorak semakin kencang, memberi dukungan Pada tim sekolah sekolah mereka masing-masing.
"go rio go alvin, go go.."
"go tian go ozy go.."
"go cakka go CB, go go..."
teriakan itu mendominasi suara gemuruh di dalam GOR, pertanda jumlah pendukung tim CB lebih banyak dari tim lawan.
Tidak terasa, pertandingan telah berjalan 20 menit.
"kemaren gw maen basket sama agni." tutur riko, sang kapten basket SMA Nusantara, saat ia berhadapan dengan cakka.
Cakka yang emosinya tidak terkontrol dengan baik, jadi sangat mudah di kecoh. Riko mengambil bola dari tangan cakka dengan mudah, mendriblenya, lalu diakhiri dengan shoot cantik yang menambah nilai untuk tim nusantara. Riko tersenyum sinis. Pekuit panjang berbunyi, sampai tiba waktunya turun minum kedudukan 56-28, kekalahan telak untuk CB. Setengah dari angka disumbangkan rio. Sedangkan setengahnya dihasil septian dan ozy yang bermain cukup baik.
cakka dan alvin nampaknya tidak sedang ada dalam keadaan yang prima.
"kka, gw tau lo lagi ada masalah, tapi please dong kka, profesional. Lo gak kasian sama pelatih kita. Tahun depan dia bakal pensiun. Lo gak mau persembahin satu piala lagi, dimasa akhir jabatannya?"
"sorry yo, gw udah berusaha." ucap cakka pasrah.
"vin" rio memandang alvin,bingung.
"via sama iel gak dateng, apa mereka...."
braakk
rio membanting botol air minumnya.
"LO KAPAN DEWASANYA SI VIN, VIA SAMA IEL ITU, 2 ORANG YG PALING GAK MUNGKIN NYAKITIN LO,PAHAM !!!" bentak rio geram.
"mmh,sorry vin." lirih rio, menyesal sedetik kemudian.
"kita harus menang, ayolah ini baru babak penyisihan." rio berusaha memompa semangat timnya.
"rio bener, ozy aja mau berjuang, masa kalian yg tim inti gak mau." timpal tian.
Semua mengangguk semanga.
"CB HARUS MENANG." teriak mereka kompak.
Dengan semangat yang baru mereka memulai permainan, tim lawan yang sebenarnya hanya memiliki riko sebagai ujung tombak, tentu saja keteteran menerima bombardir serangan dari CB.
"agni punya gw." bisik cakka yakin,saat melewati riko.
Perlahan tapi pasti, tim CB menyusul ketertinggalan angka yang cukup jauh. Pertandingan tinggal 30 detik lari, sekarang bola ada di tangan rio. Ia bingung, posisinya Terlalu jauh untuk langsung men-shoot, tapi kalau di oper kemungkinan bola malah direbut lawan. Yang paling mungkin adalah mengopernya pada cakka yang berdiri sangat dekat dengan ring, tapi cakka di bayang-bayangi riko.
Waktu tinggal 8 detik lagi.
"gw harus shoot langsung." tekad rio, sambil memejamkan mata, ia melempar bola di tangannya tanpa arah.
"bego lo, ngapain juga lo pake merem rio." sesalnya.
Rio semakin tidak berani membuka matanya, bola terus melayang dan...
"YYEEEEE" sorak sorai membahana bersamaan dengan peluit panjang berbunyi, tanda permainan usai.
Lalu bagaimana hasilnya?
Bagaimana nasib bola 'asal' rio tadi?
Suporter siapa yang tadi bersorak?
Rio masuk menutup matanya.
"YEEE RIO,SELAMET YA,KEREN BANGEEET" puji ify sambil berlari ke arah rio.
"wohoo,kita menang,bro." cakka menepuk pundak rio.
Rio baru berani membuka matanya.
"kita menang??" tanya rio linglung.
"iya,selamet ya." ify spontan menghadiahi rio kecupan di pipinya.
"aaaaaaa...riiooo.....maaauuu" koor anak-anak cheers yang sudah mendapat izin dari shila untuk perform hari ini.
"lo frontal deh fy,maen nyosor aja." cela ozy.
Ify dan rio malah sama-sama menunduk, menyembunyikan wajah mereka yang tiba-tiba saja kompak memerah.
"fy,via mana?" tanya alvin lesu.
"gak tau vin. Daritadi gw teleponin nomermya gak aktif, sms juga pending mulu" jawab ify.
"emang via,gak ngabarin elo,vin?" tanya rio.
Alvin menggeleng.
"yaudah mending kita cari aja sekarang. Ify sama gw cari via, lo sama cakka cari iel,perasaan gw gak enak ama tu anak." usul rio.
"sama yo, gw juga berasa gak enak banget dari tadi." tambah alvin.
"yaudah yuk, berangkat." ajak cakka.
Mereka berempat lalu pergi, meninggalah sorakan yang masih bergaung, melupakan pesta kemengangan yang telah disiapkan, solidaritas persahabatan adalah prioritas mereka.
"permainan lo emang selalu bagus yo,selalu keren dari dulu. Hidup lo juga kayaknya makin sempurna aja, cewek yang cantik, sobat yang care, fans fanatik, ya..tapi liat aja,sampe kapan dewi fortuna betah dipihak lo. Sampe ketemu Gw,MARIO." ujar seorang cowok dengan nada penuh kebencian.
0 komentar:
Posting Komentar