Sabtu, 12 Maret 2011

Lagu Cinta Untuk Mama (cerpen)

Bunda cinta jangan menangis, doamu menyinariku..
Lihat perjuangan diriku, cerminan dari cintamu yang indah..
Demi bunda cintaku, ku kejar impianku..
Atas nama cintamu, ku akan meraih impian aku,
untuk bahagiakanmu.....



***

Seorang pemuda terlihat tengah asik dengan gitar barunya, jemari tangannya seakan tidak pernah lelah memetik senar-senar gitar, mulutnya terus merapal beberapa bait lagu yang telah ia kuasai. Ia sangat menikmati aktivitasnya, saat terpaan angin menyentuhnya lembut, saat sinar mentari menyorot gurat-gurat wajahnya yang nampak kumal, saat suaranya dan petikan gitar membaur mengisi ruang pendengarannya, saat-saat seperti inilah yg membuatnya nyaman. Ia tidak peduli pada sekitarnya, pada kesulitan dan kepayahan yang terjadi di rumahnya.
Sikap tak acuh dan masa bodo, pemuda ini, terpupuk subur setelah kepergian ayah kebanggaannya, 2 tahun lalu.


Pemuda itu mulai beranjak, dengan dagu terangkat tinggi, ia mulai melangkah memasuki rumahnya, gubuk kecil yang dijuluki 'kandang kambing' olehnya, sendiri.

"ekh yo, mau makan, sayang?" tutur seorang wanita paruh baya, berparas keibuan.

Meski terhalangi gumpalah peluh dan garis-garis kelelahan, tetap saja binar ayu diwajahnya tidak bisa disamarkan. Dengan senyum yang hangat, ia menghampiri putranya. Pemuda tadi malah menatapnya dengan tajam, sinar kemarahan dan tuduhan terpantul jelas dari kedua manik matanya. Ia melengos.

"kak vano." panggil seorang gadis kecil, yang daritadi sibuk dengan adonan kue didepannya.
Pemuda yang di panggil vano tadipun menghentikan langkahnya, gadis tadi mendekat.

"tolong dong kak, anterin kue-kue ibu kewarung depan gang." pintanya.
"gak mau."
"ikh, tinggal anterin aja,apa susahnya sih? Sekali-kali bantuin ibu dong,kak." omel gadis tadi,kesal.
"sudah keke, nanti biar ibu yang antar" tutur ibu,bijak.

Gadis bernama keke tadi,tetap keukeuh. Ia menyodorkan sebuah nampan berisi kue-kue cantik.

PRAAKK

nampak itu, disentakan ke tanah. Isinya pun jatuh berceceran diatas lantai tanah rumah mereka.

"GW BILANG NGGAK,YA NGGAK,BUDEK LO? DAN INGET YA,JANGAN PANGGIL GW VANO,CUMA AYAH YANG BOLEH MANGGIL,GITU"

mario stevano, memang lebih akrab disapa vano, biasanya. Tapi kini ia mengklaim nama itu adalah miliknya dan ayahnya, bukan untuk dirapal sembarang orang, apalagi ibunya.

"KAKAK JAHAT BANGET SIH, LIAT TUH, KUENYA RUSAK SEMUA, KAKA KIRA CARI UANG BUAT MODAL ITU GAMPANG,HEUH?? DASAR GAK TAU DIRI."

PLAAKK

tamparan keras mendarat dipipi keke, sebagai hadiah atas ucapan lancangnya tadi. Keke jatuh tersungkur.

"KEKE" pekik ibu, sambil berlari tergopoh ke arah keke.
"sudah rio,sudah. Ibu mohon. Kamu boleh sakitin ibu, tapi jangan pernah kasar sama adik kamu, kasian." kalimat itu terurai tulus dari mulut seorang ibu, yang kasihnya tak terbataskan.

"AKH, BODO." jawab rio tak peduli.

Ia segera pergi meninggalkan gubuk sempitnya itu. Dengan cepat ia menyusuri jalan kota jakarta yang tak pernah absen dari macet. Tanpa sadar, langkah-langkah kakinya, membawa rio ke sebuah gedung. Ia berdiri menatap bangunan itu, terlihat segerombolan anak-anak seusianya keluar dari sana, dengan kemeja dan blazer rapi, ditambah bawahan kotak-kotak khas global musical international school *ngarang*. Ia terpaku, dalam hatinya tumbuh sebersit keinginan liar untuk mengecap pendidikan disana, bukan di SMA terbuka seperti yang ia jalani selama ini.

TINTIIINN

suara klakson mobil ditekan dengan asal,membuyarnya lamunan rio.

"woii, orang miskin minggir lo, jangan sampe mobil gw nabrak badan dekil lo itu." hina seorang pemuda dari dalam mobinya.
Rio segera tersadar, dengan cepat ia menepi.

"woo dasar orang miskin, pengen sekolah disini ya,lo?? Ngimpi aja lo,gak pak pantes tau gak." ejek pemuda itu lagi, dengan pongah ia lalu menggas mobilnya, melewati genangan air yang langsung bercipratan ke tubuh rio, yang berdiri tak jauh dari situ.

Marah. Ya tentu saja. Tangan rio mengepal, rahangnya kaku, mulai detik itu ada satu kata yang ia tanam dalam dirinya.
"gw harus sukses"

dengan langkah-langkah panjang, deru nafas yang tidak normal dan kemarahan yang masih
Bergolak, ia kembali kerumahnya.

BRAKK

pintu rumah dibuka dengan paksa, engsel pintu yang sudah rapuh kini terlepas, membuat daun pintu bergantung tak seimbang ditepi kusen kayu.

"rio mau pindah sekolah, rio pengen sekolah di global musical" bentak rio,tiba-tiba.

Keke yang tengah memijit pundak ibu tercintanya,sontak terlonjak kaget.

"kamu kenapa sih,rio??" tanya ibu masih dengan nada sabar yang luar biasa.
"rio mau pindah sekolah." pinta rio lebih kearah memaksa.
"lo gila ya kak? Dateng-dateng,marah,bentak-bentak minta pindah sekolah. Ke global pula. Lo kira sekolah disana gampang??" timpak keke, mencela.

"gampang lah, itu kan sekolah musik. Gw punya bakat di bidang itu, kata ayah suara gw bagus, gw pinter maen gitar. Kalo gw belajar disana, pasti gw bisa jadi penyanyi hebat." jawab rio yakin.

"oke,oke. Lo berbakat kak, tapi lo mikir dong. Duit darimana lo bisa sekolah disana?? Lo jual rumah ini juga gak akan cukup buat biaya masuknya, itu sekolah elite kak rio." ujar keke mengingatkan.

"pokoknya rio gak mau tau bu, rio pengen sekolah disana, gimanapun caranya." desak rio pada ibunya.
"tapi yo...."
"aargh, gak pake tapi-tapian, inget ya bu, gara-gara ibu, ayah rio meninggal. Kalo ibu gak sok baik dan nyuruh ayah jadi relawan ke palestina, ayah pasti masih disini, ayah gak akan ngebiarin kita susah kayak gini. Pokoknya rio mau pindah sekolah. Titik" vonis rio.

Dan semua final, bila rio sudah berkata seperti itu, semua tidak akan berubah. Apapun yang dikatakan, semua hanya akan jadi angin lalu untuk rio.

"sabar ya bu." tutur keke prihatin, menatap kakaknya yang kini berjalan tanpa beban ke arah kamarnya.

"gak pa-pa ke, kakak kamu itu memang sedikit emosian, mirip seperti ayahnya." timpal ibu sambil tersenyum.

seorang ibu...
sebesar apapun salahmu padanya, samudra maafnya akan selalu mengalir deras untuk mu.

***

ibu,
satu kata yang disandang seorang wanita mulia. Sinar ketulusannya tak akan bisa tersaingi meski oleh ribuan rasi bintang. Seluruh bentuk kasih sayangnya tak akan bisa kau tulis meski airLaut telah hadis kau gunakan sebagai tinta.

***

wanita ini masih bergelut di dalam dapurnya, meski malam telah begitu larut dan lilin yang di gunakan sebagai penerang sudah hampir tandas, ia masih terus berjuang dengan adonan kuenya, ia masih ingin terus bekerja, tapi nampaknya tubuhnya sudah terlalu lelah dan berteriak memohon diistirahatkan. Ia berhenti, saat kepalanya mulai berkunang. Sebelum menuju kamarnya, terlebih dahulu ia mengunjungi kamar putri kecilnya. Disaat seletih apapun naluri seorang ibu akan selalu bekerja, ia ingin memastikan buah hatinya telah terlelap dibuai mimpi indah.

Setelah sampai dikamar keke, perlahan ia mendekat mencium kening keke dan menyelubungkan selembar selimut butut ke tubuh keke.

"selamat tidur, cantik." bisiknya.

Ia berjalan kembali, kini dengan menenteng beberapa pakaian yang terlihat baru. Ia berhenti sesaat ketika tiba di pintu kamar vano atau rio,putranya. Dari celah pintu yang sedikit terbuka, ia bisa melihat putranya yang dulu begitu manis dan penurut, tengah menangis menatap foto ayahnya yang terlihat gagah di balut seragam TNI.

"maafin ibu rio,maaf." sesalnya.

Dengan keberanian yang telah dikumpulkan, perlahan ia masuk dan duduk disamping rio.

"kangen sama ayah ya?" tanyanya hati-hati.
"ibu?? Ngapain kesini?" tanya rio dengan nada tidah suka.
"nih." ibu menyodorkan beberapa pakaian yang tadi dibawanya sambil tersenyum.
"apa ini?"
"seragam baru. Disekolah yang baru, rio gak mungkin kan pake baju lama. Ini seragam, sekolah baru kamu, ayo terima."
"sekolah? Global maksudnya?"
"iya sayang. Global musical. Rio pengen sekolah disana kan?"
"tapi dari mana ibu....."
"ssstt, udah rio gak perlu tau. Yang jelas rio harus belajar yang bener, jangan kecewain ibu. Ibu mau suatu saat rio nyanyi depan ibu sebagai penyanyi hebat, janji??"

rio tidak menjawab, ia malah memandangi ibunya dengan ekspresi datar, tanpa haru apalagi air mata.

Saat ibunya hendak mencium kening rio, ia malah memalingkan wajah.

"trus ngapain sekarang ibu masih disini, mau nemenin rio tidur??" Tanya Rio ketus.
"mmh,yaudah,selamat tidur ya sayang." ujar ibu sambil mengusap puncak kepala rio.

Ternyata yang diterima bukan pelukan atau sekedar ucapan trimakasih.
Tapi apapun dan bagaimanapun sikap rio, ia tetap putranya, putra yang sangaatt disayanginya.

***

yah, rio memamg benar. Bakat dalam bermusik tentu perlu diacungi ratusan jempol. Baru 2 minggu bersekolah, ia telah mencuri banyak perhatian, beberapa guru pun telah mendeklarasikan rasa bangga mereka pada rio. Rio juga langsung di daulat sebagai vokalis untuk band resmi sekolahnya.

Teman, sekolah dan bandnya, menyita waktu rio lebih banyak. Ia menjadi semakin tidak peduli pada ibu dan adiknya. Terlebih setelah dipastikan mendapat beasiswa untuk sekolahnya, rio semakin merasa tidak butuh pada ibunya. Ia jarang berada dirumah.

Seperti saat ini, bel tanda pulang sekolah telah berbunyi beberapa jam yang lalu, tapi rio sama sekali tak berniat untuk pulang, ia malah masih asik berbincang dengan teman-temannya.

"kak rio, ayo cepet pulang." seru seorang gadis yang tiba-tiba muncul di hadapan rio dan teman-temannya.
"kak rio? Ini ade lo,yo?" tanya seorang gadis cantik dengan nada tak percaya.
"bukan shil,dia bukan ade gw kok." sergah rio.

Keke terhenyak.
Hatinya sakit, seburuk itukah dirinya, hingga kakaknya tidak mau mengakuinya?
Tapi ia mencoba tak pedulh, toh ini bukan pertama kalinya ia miris mendengar pernyataan rio.

"terserah deh, kakak mau kenal aku atau nggak, tapi kakak harus cepet ikut aku. Ayo kak,ibu kritis." keke berkata dengan tegas, ia segera menarik tangan rio menjauh dari teman-temannya yang terlihat tengah memandang dengan heran.
Setelah cukup jauh dari teman-teman rio,keke melepaskan rio yang meronta.

"argh,lepas ke. Lo apaan sih." rio menghentakan tangannya dengan kasar.

"lo ngapain sih tiba-tiba muncul gitu, bikin malu tau gak??" bentak rio,emosi.

"aku gak akan kayak gini, kalo aja kakak masih inget buat pulang. 2 hari kakak gak pulang, kakak kemana aja? Ibu tu sakit,dia nyariin kakak terus."
"trus apa peduli gw? Ibu kan emang udah Penyakitan."

"KAKAK !!! KAKAK GAK BOLEH NGOMONG GITU, KAKAK JAHAT BANGET SIH, DIA ITU IBU KITA,KAK"

"DIA ITU PEMBUNUH,BUKAN IBU GW."

"CUKUP KAK,ITU SEMUA TAKDIR KAK,TAKDIR. SAMPE KAPAN KAKAK MAU KAYAK GINI. Kalo ada orang yang paling kehilangan ayah,orang itu ibu kak, ibu." suara keke yang semula tinggi, melemah.

Rio sudah membuka mulutnya, bersiap membalas perkataan keke, tapi keke sudah lebih dulu mengeluarkan suaranya kembali.

"kakak tau gak sih, ibu tu sayang banget sama kakak. Keke suka denger ibu nangis kak,tiap malem,ibu cuma berharap kakak mau maafin ibu. Kaka tau, gitar yang kakak pegang itu, ibu terpaksa harus relain jual cincin satu-satunya peninggalan ayah, buat beliin kak rio gitar. Ibu selalu kerja keras, siang males supaya kita tetep bisa makan dan sekolah. Yang kita punya tinggal ibu kak, cuma ibu. Apa kakak gak sayang sama ibu? Dan kaka tau kenapa sekarang ibu kritis? Apa kakak pernah mikir darimana ibu dapetin uang buat biaya pertama,kakak masuk global?? Hikz,hikz" keke mencoba menahan tangisnya yang semakin menjadi.

"ibu, hiks, ibu..ibu ngejual sebelah ginjalnya kak. Hiks,hiks,hiks"

"itu semua buat kakak,buat kak rio. Ibu ngejual ginjalnya sama anak temennya dulu,yang kebetulan menderita gagal ginjal. 2 hari yang lalu ibu operasi,dan..hiks,dann,hiks..hiks, operasinya gagal kak, kondisi ibu terlalu lemah buat pencangkokan ginjal. Apa sekarang kaka masih benci sama ibu, kak?" air mata keke sudah tak terhitung berapa banyak yang tercurah, ia tak peduli meski jadi tontonan beberapa anak kecil yang kebetulan lewat, ia tak peduli, sama sekali tidak.

"kak rio inget,kapan terakhir kaka bantuin ibu, kapan terakhir kakak bilang sayang dan makasih buat ibu, kakak punya apa sih? Apa yang udah kakak kasih buwat ibu sampe kakak punya hak buat benci sama ibu?? Kenapa kakak diem aja? Kemana kak rio yang selalu ngelawan ibu,selalu bentak ibu, kemana?" tanya keke, melihat rio yang diam mematung.

"maaf keke udah ganggu kakak tadi, semoga ibu masih punya banyak waktu ya kak,buat nunggu kakak minta maaf" Tutur keke,dengan nada sinis yang biasa rio gunakan.
Keke lalu pergi. Sambil melempar sebuah amplop dengan kasar ke arah rio.

Perlahan rio berjongkok, memungut amplop itu dan membukanya.
Matanya mulai bergerak, membaca rentetan tulisan kecil rapih, hasil tangan ibunya pada secarik kertas.

Vano..
Gak apa-apa kan ibu panggi vano lagi.
Maafin ibu ya, ibu gak bisa bahagiain vano, ibu selalu buat vano kesel. Maafin ibu yang gak bisa bantu vano wujudin cita-cita kamu. Ibu gak bisa apa-apa, ibu cuma wanita bodoh. Cuma bisa jualan kue. Maafin ibu..

Vano..
Semua manusia punya batas waktu, dan kalo batas waktu buat ibu jagain kalian sudah hampir habis,ibu titip keke ya,sayang.
Jangan pernah kasarin keke, jangan pernah pukul dia. Keke gak punya siapa-siapa lagi nanti, selain kamu. Dalam amplop ini, ibu simpan uang, jumlahnya memang tidak banyak, tapi tinggal itu yang ibu punya, sekali lagi ibu minta maaf ya, belum bisa bawa kalian dalam kehidupan yang layak, ibu selalu buat kalian susah.

Tetap kejar mimpu kamu ya,nak. Ibu yakin kamu bisa, kamu sudah janji kan sama ibu.

Ayo anak ibu jangan nangis. Hapus air matanya.
Jangan pernah takut dan ngerasa sendiri, karena kalo waktunya tiba, kita sekeluarga akan berkumpul lagi seperti dulu.
Ayah, ibu, rio dan keke.

Dengan doa
ibu.



Rio tertegun, tangannya gemetar, hatinya sakit sekali. Ia kalut. Anak macam apa dia??
Selama 2 tahun ini, ia menyakiti perasaan halus seorang ibu dengan cacian dan tuduhan. Ibu yang mengandungnya, selama 9 bulan, ibu yang ikut menangis saat ia sakit, ibu yang selalu menimangnya sewaktu kecil, ibu yang selalu memaafkan kesalahannya. Keke benar, apa yang sudah ia berikan untuk ibunya?
Hanya pesakitan, hanya serpisah kekecewaan.
Dengan kesadaran yang belum pulih betul, rio segera berlari, berharap waktu masih mau menunggunya. Berharap tuhan masih berkenan memberinya kesempatan untuk membalas kasih sayang ibunya.

Air matanya berderai, menitik dijalanan beraspal yang dilewatinya.
Ia terisak sedih, menyesali kesadarannya yang datang sangat terlambat.
BRAAKK

Lagi-lagi rio membuka pintu dengan kasar.

Rio menyeruak masuk ke dalam ruang rawat ibunya dengan nafas tersengal. Baru beberapa langkah ia berjalan, kakinya langsung beku, otaknya sulit menafsirkan pemandangan yang dilihatnya.
Keke menangis terisak disisi raga ibunya yang nampak putih memucat. Ibunya...ibu rio. Yang akhirnya berpulang sebelum sempat mendengar kata maaf langsung dari mulut rio.

"NGAPAIN KAMU KESINI, PUAS KAN KAMU, LIAT IBU KAYAK GINI, INI SEMUA GARA-GARA KAMU, PERGI KAMU,PERGIII" bentak keke disela tangis pilunya.

Seperti tuli, rio tidak mengindahkan bentakan keke tadi. Ia berjalan terseret ke arah ibunya yang ditubuhnya masih terpasang kabel warna-warni.

"bu..ibu denger vano kan? Ibu bangun bu..ibu..." rio mengguncang-guncangkan tubuh kaku ibunya.
"ibu,vano pengen denger ibu panggil aku vano lagi bu, ayo ibu bangun. Vano minta maaf, jangan tinggalin kita bu, ibu jangan marah. Ibu banguuuunn. Maafin vano." sesal rio terdengar memilukan, bila ini sebuah drama dijamin semua penonton akan menangis terharu.

"terlambat." ucap keke sinis.
"ibu,ayo bangun. Ibu ngomong sama vano, ayo marahin vano bu, ibuuu,hiks.hiks.hiks."

terlambat. Semua telah berlalu, yang telah pergi akan sulit bahkan tidak mungkin kembali,
hanya sesal di hati sebagai bukti khilaf diri yang telah lalu.

Kematian. Sebuah fase kehidupan yang tidak akan bisa di halau barang sedetik pun.

***

5 tahun kemudian.

Sebuah mobil mewah, melambat kemudian terparkir didepan sebuah komplek pemakaman. Dari dalam keluar pria berkemeja hitam dengan dasi biru tua yang tergantung dilehernya. Disampingnya, berjalan seorang gadis manis berdress abu dengan renda hitam di tepi bawahnya, ia menenteng satu keranjang bunga tabur.
Mereka bergerak, melewati barisan makam marmer putih yang berjejer rapi dan teratur. Setelah berjalan beberapa menit, mereka berhenti tepat ditengah 2 buah nisan. Mereka berjongkok.

Gadis tadi mengelus pelan.kedua nisan didepannya, secara bergantian.

"ibu,ayah, ini keke,sama kak vano." ucapnya pelan.
"maaf ya yah,bu. Baru bisa jengukin ibu sama ayah lagi setelah 6 bulan."
"kak vano sibuk banget sih bu, promo album kedua." sindir keke.

Rio hanya tersenyum dan mengacak poni keke kecilnya yang kini telah tumbuh menjadi seorang gadis cantik berperangai baik, meski adik dari seorang penyanyi ternama, mario stevano, sekaligus model yang wajahnya sering mampir di majalah-majalah remaja, keke tidak pernah mengecilkan orang lain.

"vano udah tepatin janji vano kan bu. Cita-cita vano atau mmh, rio, udah ditangan. vano juga udah jagain adek manja ini."
"dan kak vano juga yang bantu keke wujudin cita-cita keke,bu." pamer keke bangga.
"bulan depan, keke bakal nerusin sekolah ke paris bu. Ibu tau kan keke pengen banget jadi desainer dan abang keke yang hebat ini ngebukain jalan buat keke ngeraih,impian keke itu,bu."
"dan adek manis ini juga yang selalu ngasih vano semangat setelah kepergian ibu. Ibu sama ayah seneng kan?" tanya rio.
"pasti dong,kak." keke memakili, menjawab.

Mereka lalu menabur kelopak-kelopak bunga, diatas pusara orang tua mereka. Dengan khidmat mereka mulai melantunkan doa untuk ibu dan ayah yang telah mendahului mereka, tanpa air mata dan isakan. Mereka telah berjanji mengenang keduanya dengan senyuman.

"ibu, ibu pernah minta vano nyanyi kan didepan ibu, kalo rio udah sukses. Hari ini rio bakal nyanyi buat ibu, lagu ini sebagai tanda maaf vano buat sikap vano selama ini....."
"aku juga, aku juga ikut nyanyi ya kak." timpal keke tak mau kalah.

Keduanya pun mulai bernyanyi, melantunka sebuah lagu sederhana yang didedikasikan untuk orang tua mereka, disana.....


Apa yang ku berikan untuk mama
untuk mama tersayang
Tak ku miliki sesuatu berharga
untuk mama tercinta

Hanya ini ku nyanyikan
senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
lagu cintaku untuk mama.

Walau tak dapat slalu ku ungkap
kata cintaku tuk mama.
Namun dengarlah hatiku berkata
sungguh ku sayang
padamu mama..

Hanya ini ku nyanyikan
senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
lagu cintaku untuk mama.

percayalah hanya diriku paling mengerti
kegelisahan jiwamu mama
dan arti kata kecewamu

Mama yakinlah hanya aku yg paling memahami
besar arti kejujuran diri
indah sanubarimu mama
percayalah.

lagu cintaku untuk mama..



Seorang ibu..
Pernah kamu bertanya,
apa yang ia mimpikan saat ia terlelap.
Apa yang ia fikirkan saat ia terjaga.
Apa yang ia panjatkan dalam doanya.
Hanya kamu, dirimu dan namamu.
Karena dalam hatinya,
buah hatinya selalu menempati urutan paling tinggi,
setelah, tuhannya.


THE END..

1 komentar:

Unknown mengatakan...

http://nalurerenewws.blogspot.com/2018/07/taipanqq-pernikahan-membuat-kesehatan.html

Taipanbiru
TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
BandarQ
AduQ
Capsasusun
Domino99
Poker
BandarPoker
Sakong
Bandar66

Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : E314EED5

Daftar taipanqq

Taipanqq

taipanqq.com

Agen BandarQ

Kartu Online

Taipan1945

Judi Online

AgenSakong

Posting Komentar