Sabtu, 12 Maret 2011

Kesempatan Keempat (cerpen)

Dua orang cowok tampan dengan postur tinggi tegap berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi. Mereka sesekali bercanda dan tersenyum ramah pada teman-teman mereka.

XI IPA 2

begitu nama yg tertera didepan sebuah kelas, kedua cowok tadi langsung masuk menerobos kelas bersama cerca cahaya mentari yg langsung jatuh dideretan kursi paling belakang.

Kelas ini, masih sepi, hanya ada beberapa siswa didalamnya, bahkan petugas piket hari ini pun sepertinya belum datang karena papan tulis pun masih penuh coretan sisa pelajaran kemarin.

"lho,vi,kamu kenapa?" tanya salah satu cowok tadi,pada sivia

"elo,liat aja keluar" jawab ify,gadis berbehel yg duduk disebelah sivia.

Ify masih mengelus-elus punggung sivia,mencoba menenangkan via,agar berhenti menangis.

Kedua cowok tadi pun berbegas keluar,saat mereka keluar kelas,keduanya langsung menangkap pemandangan tak mengenakkan.

"keterlaluan banget sih dia" geram,salah satu dari mereka.

Keduanya lalu kembali ke dalam kelas,meletakkan tas mereka,dibangku pojok barisan kedua dari pintu.

"udah liat?? Begitu tu kelakuan sahabat lo berdua. Vin,yel.. Nasehatin kek. Lo berdua gak kasian apa sama via?" desak ify kepada kedua cowok,yang akrab disapa iel dan alvin,tadi.

"mulut kita udah sampe keriting fy,nasehatin dia" jawab alvin.

"tu elo denger sendiri kan vi? Udah deh putusin aja sih, ngelunjak tau, dia tuh"  kata ify emosi.

Via hanya menggeleng keras, tanda menolak usul ify tadi. Air matanya kembali terurai membasahi tissue yang sejak tadi, ia gulung-gulung ditangannya

 "yaudah,kita coba ngomong lagi deh ya,sama dia. Kamu jangan nangis dong" bujuk iel.

Keduanya lalu melangkah pasti ke arah lapang basket.

"Rio" panggil alvin.

Saat itu seorang gadis cantik sedang mengelap keringat rio dengan sapu tangannya. Sejak tadi rio dan gadis itu tampak mesra,rio merangkul gadis itu seolah-olah sedang mengajari gadis itu bermain basket.

"ekh,elo vin,yel." sapa rio

"emm,yaudah deh,acha duluan ya kak" pamit gadis cantik tadi.

"oh iya,daah cantik" balas rio.

"itu raissa kan? Murid baru pindahan dari aussie?" Tanya Iel.

"pantesan langsung populer,cantik ya?" puji alvin,rio mengangguk setuju.

"lo ngapain pagi-pagi udah berduaan sama dia" tanya iel sinis.

"ya,dia kan,minta ajarin maen basket,ya gw ajarin,emang salah??" jawab rio kalem.

"SALAH YO,SALAH. Kenapa sih yo,lo gak mikirin sedikit aja perasaannya via,dia sedih yo liat lo sama cewek lain tadi" bentak iel.

"lho,kenapa via mesti sedih,gw kan gak ngapa-ngapain sama acha" jawab rio masih dengan gaya coolnya.

"lo keterlaluan banget sih,kalian tu udah 2 tahun pacaran,tapi elo gak pernah berubah,mau lo apa sih?"

"lo gak usah nyeramahin gw gitu deh,yel"

"apa lo bilang??" iel sudah siap melayangkan tinjunya.

"WEISST,STOP,KAWAN. Kita ini sobatan ,jangan pake emosi donk ,kita omongin baik-baik" kata alvin menengahi.

"yel gw tau ya, lo masih terobsesi sama via,tapi gak usah sok deh lo, nyeramahin gue. Dan inget ya, jangan pernah berharap lo bisa rebut via dari gw" gertak rio

"oya ?? oke. Kita liat aja nanti, terus pertahanin sifat buruk lo ini,yo. Dan gw bakal dengn mudah rebut sivia dari lo" ancam iel lalu pergi.

"akh,SHIT" umpat rio.

"sivia liat lo sama acha dan dia nangis. Elo minta maaf sana" suruh alvin.

"oh,yaudah ntar gw minta maaf"

"minta maaf sekarang yo, ikutin saran gw kalo lo masih nganggep gw sobat lo"

"iya,iya. Akh,kenapa sih jadi pada bawel banget" gerutu iel.


***

sivia masih asik menatap layar ponselnya, matanya tak mau beralih dari sana. Sebuah foto, ia dengan gaun putih dan sebuah mahkota kecil tertengger anggun di puncak kepalanya, bersanding dengan cowok tampan berjas hitam, layaknya pangeran yang datang dari negeri dongeng.

Foto itu diambil saat perayaan ulang tahun via yang ke 14, 2 tahun lalu. Saat itu ,rio dan via baru saja seminggu jadian. Kini hubungan mereka telah berjalan 2 tahun, tapi selama itu, sivia lebih sering merasa sedih dari pada bahagia, lebih sering menelan kekecewaan, lebih sering mengalah, tapi semua telah terlanjur. Ia terlanjur menyerahkan hatinya sepenuhnya pada pria itu,pria tampan dengan senyum yang khas, RIO. Hingga kini ,sulit untuknya pergi dan mengakhiri semuanya. Tanpa terasa 2 butiran bening jatuh dari bola matanya, ia mengusap foto rio yang terpampang menjadi wallpaper di ponselnya.

"via" panggil rio,via buru-buru menghapus air matanya dan langsung menoleh.

"ek,iya,kenapa yo??"

"harusnya aku yang tanya, kamu kenapa?" rio lalu duduk di samping via

"aku gak ppapa kok" jawab via, rio melirik ponsel via.

"itu foto kita ya vi?" Via mengangguk.

"masih disimpan aja,vi. Hhehe" rio terkekeh.

"Aku kangen sama kamu, yo" ujar via pelan, bahkan mungkin rio yang berada disebelahnya pun tidak mendengar.

"maafin aku ya vi.aku gak tau kalo kamu gak suka aku deket-deket sama acha. Kamu mau kan maafin aku"

"maaf aku gak akan pernah abis yo buat kamu" ujar via mantap, padahal pada kenyataannya maaf dan sabarnya sudah mencapai batas maksimum, ia keluarkan untuk rio.

"makasih ya,cantik" gombal rio, via menyendarkan kepalanya dipundak rio. Dan dengan begini saja, ia sudah sangat bahagia, kesalahan yang rio lakukan semuanya terhapus dan termaafkan.

***

via sedang besenandung kecil,sambil berguling-guling mengitari kasurnya. Ia memeluk boneka kelinci lucu pemberian rio.

Tak berapa lama, ponselnya bergetar.

Drrt.drrt.drrt

1 new message

from : iel 'gabriel'

woii, bakpau jalan yuk :-P
udah lama gak jalan.

via dengan cepat segera menulis beberapa kata untuk membalas pesan dari gabriel tadi.

To : iel 'gabriel'

sipp, gw juga gak ada acara sama rio.
Jemput Jam 7 ya, jangan ngaret.

From : iel 'gabriel'

sipp tuan putri,gw langsung OTW.

Pukul 7 lewat 5 menit,klakson motor iel terdengar. Via pun segera keluar rumah, setelah berpamitan kepada orang tuanya.

"telat 5 menit,hukumannya traktir gw es krim" Kata via sambil melipat kedua tangannya di dada.

"iya,iya, gw traktir deh, sampe menggigil kalo perlu." sahut iel.

Akhirnya mereka berdua pergi berjalan-jalan. Mereka sepakat, tempat yang akan dikunjungi pertama kali adalah tempat makan jagung bakar. Lalu nonton, maen timezone dan terakhir disini, cafe aluna.

"widih orang pacaran semua yel. Lo ngapain ngajak gw kesini" protes via.

Cafe ini memang sangat cocok untuk sepasang kekasih ,cafe ini mengambil konsep back to nature dengan gemericik aliran sungai buatan, barisan obor-obor kecil, dan tanaman-tanaman merambat yang tumbuh indah, membaur dengan rumputnya yang tumbuh rapi. Sungguh sangaaatt indah dan romantis. Tapi saat memasuki cafe, mata via langsung berkaca-kaca.

"lho,kok nangis sih vi ,kamu gak suka tempatnya? Yaudah kita pulang aja ya" Kata iel lembut.

Tapi sivia sama sekali tak beranjak, ia tetap menatap lurus ke depan, iel ikut memandang ke arah yang dilihat via.

Sejenak ia merutuki kebodohannya mengajak via,kesini. Dengan emosi yang memuncak ,iel segera menghampiri rio yang tengah duduk dengan seorang gadis yang wajahnya sering kali bolak-balik menghiasi cover-cover majalah remaja, seorang model cantik, Dea Amanda.

BRAKK

"brengsek lo"

BUGG

iel memukul rio tepat di perutnya,hingga ia jatuh tersungkur.

"hei,apa-apaan sih lo" jerit dea.

"DIEM LO,gw gak ada urusan sama lo."

"lo apaan sih,yel??" tanya rio.

"elo masih nanya? Gila ya,lo tu cowok apa bukan sih? Dulu shilla, nova, zeva, agni, acha dan sekarang cewek ini ,otak lo dimana sih,yo? gak mikirin perasaan via banget sih lo?"

"heh,lo gak bisa dong nyalahin gw, toh elo berdua juga jalan dibelakang gw" bela rio.

"tapi kamu kan tau iel itu sahabat aku, dan kenapa juga kamu mesti bohong, Yo. Kamu bilang mau nganterin mama kamu check up??" ucap via, lirih.

"ya, aku sama dea juga cuma temen" sergah rio.

"alah,udah lah vi. Gak ada untungnya ngomong sama dia" rio lalu menarik via,mengajaknya meninggalkan cafe itu.

"rio gak pa-pa?" tanya dea,ketika iel dan via sudah menghilang dibalik remang malam.

"gak pa-pa de,maap ya jadi kayak gini"

"iya gak pa-pa kok, kayaknya cewek kamu salah faham ya" dea tersenyum manis,rio hanya membalasnya dengan anggukan kecil.


***


2 minggu berlalu sejak kejadian itu, rio sama sekali tidak mencoba meminta maaf pada via. Disekolah pun mereka tidak saling bertegur sapa. Rio masik asik dgn kebiasaan buruknya, tebar pesona ke setiap gadis. Sedangkan via masih tenggelam dalam sakit dan kecewanya. Keduanya tidak ada yang mau nencoba memperbaiki hubungan mereka, membiarkan hubungan itu menggantung tanpa kepastian.

"lo sama via gimana yo?" tanya alvin saat kedua tengah duduk bersama menikmati jam kosong dikantin.

"gimana apanya?" tanya rio santai

"lo udah coba minta maaf?"

"udah, tapi gak direspon, yaudah, gw biarin aja. Dia lagi butuh waktu buat sendiri kali"

"lo tu kayaknya main-main banget sih sama via, kan kasian via ,yo. Sebenernya lo tu sayang gak sih sama dia?"

"sayang lah, kalo gak sayang, ngapain juga gw jadiin cewek gw" jwb rio santai.

"yaudah minta maaf dong yo, in ikan salah lo" desak alvin.

"udah akh,nanti aja"

"terserah lo deh,semoga via masih sabar nunggu lo, dan nggak berbalik ninggalin lo." sindir alvin.

"uhuk.uhuk.uhuk" rio tersedak mendengar perkataan alvin tadi.

Alvin benar, bagaimana kalo via meninggalkannya, bagaimana bila nanti via pergi darinya.
Rio sungguh tak mengerti, apa yang sebernya ia rasakan pada via?
Sejauh apa ia membutuhkan via?
Dan bisakah ia, tanpa via?


"emmh,yaudah deh vin,gw pinjem hp lo."

"nih" alvin mengangsurkan ponselnya.

Rio lalu memencet beberapa nomor yg sudah ia hapal diluar kepala.
Selama 2 tahun terakhir ini, nomer itu yang selalu mengingatkannya untuk belajar, untuk makan, mengucapkan selamat tidur untuknya. Rio tertegun kembali.

"woii,bengong lagi lo" sentak alvin.

"hhehe" rio nyengir.


Klik


rio menekan tombol warna hijau disudut kiri atas ponsel alvin.

"Halo,vin" sapa seorang gadis diujung sana.

"halo via. Ini aku rio"

"oh,mmh. Kamu yo,ada apa yo??"

"mmh,vi pulang sekolah,aku tunggu di taman ya,bisa kan??"

"emang ada apa yo? Aku ada ekskull"

"pengen ngobrol aja. Yaudah gak pa-pa kok aku tunggu deh."

"oke,kalo gitu"

"sampe nanti, vi"

"iya, Yo."



tut-tut-tut



sambungan telepon pun terputus. Rio mengulas senyum.

"nih vin. Thanks ya"

"udah kelar?"

"nanti,gw mau ngobrol dulu sama via."

"ohh oke. Sipp. Baek, baek lo mulai sekarang, sama via" pesan alvin. Rio mengangguk. Keduanya lalu meneruskan menyantap makanan pesanan masing-masing. Rio juga akhirnya merasa lega, karena bisa bicara lagi dengan via. Kalo mau jujur,rio sangat merindukan sivia.

***

bel sekolah sudah 2 jam yang lalu berbunyi, rio masih menunggu via ditaman sekolah. Jemarinya sibuk menekan-nekan tombol ponselnya, ntah sedang apa??

"haii yo,lama ya?" sapa via sambil tersenyum.

"ekh via,gak pa-pa kok" balas rio.

"ada apa yo?"

"mmh,aku mau ngasih ini" rio menyerahkan sebuah kotak musik berbentuk love, dengan warna coklat tua. Saat sivia membukanya, mengalun suara lembut rio dari dalam kotak musik tadi, seorang peri kecil juga terlihat menari berputar ditengah-tengahnya, sangat indah...

Kau seperti nyanyian dalam hatiku yang memanggil, rinduku, padamu..
Kau seperti udara yg ku hela kau selalu ada..
Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang,
tanpa dirimu, aku merasa hilang, dan sepi..

dan sepi..

dan seeppiii...


Via tersenyum.

"suka gak??" via mengangguk.

"makasih ya"

"aku kangen vi sama kamu, maafin aku ya buat yg kemaren. Aku gak mau diem-dieman kayak gini,l agian kalo kamu nya ngambek ,lusa aku ke prom nite sama siapa? Maafin rio ya cantik."

via terdiam, sejujurnya maaf darinya akan selalu ada untuk rio. Tapi ia sudah cukup kecewa dengan rio,berulang kali via melapangkan hatinya,berulang kali pula rio mengecewakannya.

"vi,via.. Kok diem sih? Rio dimaafin gak nih?" tanya rio sambil tersenyum. Senyum yg selalu bisa meluluhkan via, membuatnya meleleh seketika.

"hah,ekh iya,emmh,aku..aku maafin rio kok"

selalu begini, via selalu saja yang kalah, pertahanan dihatinya selalu berhasil ditembus rio hanya dengan senyumnya.

"kita baikan ya" rio mengacungkan jari kelingkingnya, yang langsung disambut tautan kelingking via.

"vi, rio ke toilet dulu ya, abis itu rio anter pulang" pamit rio,via mengangguk. Rio pun segera pergi,dengan sedikit berlari. Tanpa rio sadari ponselnya tertinggal ditaman.

Drrt.drrt.drrt.

Ponsel rio bergetar, menampilkan ikon amplop lengkap dengan sebuah nama.

Via meraih ponsel itu, mengamati nama yang tertera dilayarnya. Hatinya berdesir, sebagai pacarnya, via merasa berhak untuk membuka pesan tadi. Perlahan ia menekan tombol open, otomatis pesan terbuka.

From : Ashilla

yaudah, ati-ati ya, love you too.

Senyum dibibir sivia yg tadi sedikit merekah, kini kembali memudar karena kata-kata 'love you too' tadi.

Belum sempat via membenahi hatinya yang sedih, kini seorang gadis manis dengan rambut indah bergelombang ,berlari kecil ke arahnya.

"hai kak via" sapanya.

"oh, haii juga..mmh??"

"acha kak, nama aku acha. Ekh kak, kata kak rio kakak itu sahabatnya kan rio ya? Aku mau titip ini dong." acha mengangsurkan sebuah kotak berbungkus kado pink cerah, yang sejak tadi ia pegang.

Belum sempat via menjelaskan apa sebenarnya statusnya dengan rio, acha sudah kembali berbicara. "mmh, bilangin ya kak, salam sayang dari acha" acha tersipu lalu segera berlari dengan pipi yg merah merona.

Via menatap bungkusan kardus ditangannya.

"aarghh"

via melempar kado itu dengan kasar, lalu mengijak-injaknya, hingga tak berbentuk.

Ia kemudian terduduk, kedua tangannya menutup wajahnya yg tengah dibanjiri air mata.

"lho via, kok kamu nangis??" tanya rio yang sudah duduk manis disebelah rio.

"aku mau pulang, yo"

"tapi kamu kenapa?"

"aku mau pulang,rio. SEKARANG !!"

"ia, iya, ya udah ayo pulang" via menghapus air mata via dan menggandengnya ke arah parkiran.

***

"kamu cantik via" puji rio.

Malam ini adalah malam yg ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa dan malam ini juga malam yang via pilih untuk menegaskan hubungannya dgn rio. PROM NITE.

Via malam itu memang terlihat sangat cantik dengan short dress berwarna gold dengan jahitan dibuat menggelembung dibagian bawah, pita berwarna senada ia pasang pada rambutnya yang diikat terurai dipundak sebelah kirinya.

Rio yang terlihat tampan setiap hari, malam ini jauh terlihat lebih tampan dengan kemeja coklat panjang yg ia gulung hingga ke siku dipadukan, jeans hitam.

Keduanya lalu bergandengan memasuki ruang pesta. Seperti yang telah mereka duga, ruang pesta malam ini sudah penuh dengan pasangan-pasangan yg terlihat tengah berdansa dibawah  gemerlap lampu pesta.

Setelah melewati sekitar 2 jam di pesta itu, via mengajak rio menjauh dari hingar bingar pesta, ke tempat yang tidak begitu ramai. Ia juga mengajak iel turut bersamanya.

"mmh, hari ini aku mau ngomong sesuatu Yo, sesuatu yg harusnya bisa aku ungkapin dari dulu" ucap via tanpa ragu, tatapan matanya pasti. Ia sudah memikirkan ini berulang kali, memikirkan keputusan ini jauh-jauh hari.

"yo, kita udah jadian lama. Kita juga sempet putus, sebelum akhirnya nyambung lagi. Dan itu bukan cuma sekali yo, kita udah coba perbaikin hubungan kita berulang kali, dan, dan...daaann ini saatnya aku berhenti yo, aku mau nyerah,semua kesempatan yang aku kasih, selalu kamu sia-siain"

Degg

rio mulai mengerti kemana arah pembicaraan via dan tiba-tiba saja rasa takut bercampur sesal, mengendap dihatinya.

"mungkin kita akan lebih cocok jadi temen yo. Aku butuh orang yg juga bisa tulus sayang sama aku, cuma sama aku. Dan sayangnya orang itu bukan kamu yo" via melirik iel dan meraih tangannya. "maafin via yo ,maaf.. Tapi ini saatnya kita jalanin hidup kita masing-masing"

"tapi vi...."


"......PENAMPILAN DARI MARIO" teriak MC dari atas panggung, sekaligus memotong ucapan rio tadi.

Rio memang pengisi acara dimalam promnite ini, dan ia didaulat untuk menyumbangkan suara merdunya.

"yaudah vi, apapun itu, aku cuma bisa berdoa agar kamu selalu bahagia. Maafin aku ya ,udah 3 kali, sia-siain kamu" rio mencium kening via lembut, lalu pergi menenteng gitarnya berjalan gontai ke arang panggung.

Saat diatas panggung, mata rio menatap lurus dan tajam ke arah sivia.

"lagu ini untuk seseorang yang selama ini selalu bertahan buat gw, dan tanpa sadarudah gw sia-siain...sivia azizah.."

semua mata langsung tertuju pada via, semua orang menepi,s ekarang dari panggung ke tempat via berdiri ada jalan kosong yg seperti sengaja dibuat oleh seluruh siswa yg datang malam ini.

Rio mulai memetik senar gitarnya.

Dan pabila esok
datang kembali
seperti sedia kala
disaat kau bisa bercanda..

Dan
perlahan kau pun
melupakanku,
mimpi buruk mu
dimana tlah ku tancapkan duri tajam
Kaupun menangis, menangis sedih
maaf kan aku...

Lupakan lah saja diriku
bila itu bisa membuatmu
kembali bersinar dan berpijar seperti dulu kala.

Caci maki saja diriku
bila itu bisa membuatmu
kembali bersinar dan berpijar seperti dulu kala.

Dan bukan maksudku
bukan inginku
melukai mu
sadarkah kau, disini ku pun terluka
melupakanmu, menepikanmu,
maafkan aku..

Setiap petikan gitar ataupun suara yg rio lantunkan, nampaknya degnn hati dan sungguh-sungguh. Via yang tidak tahan berlama-lama disana, takut pendiriannya kembali runtuh bila memandang mata Rio, mendengar suara RIo, akhirnya via memutuskan untuk pergi, ia sudah berbalik memunggungi rio, tapi el menahannya.

"aku sempet kecewa vi, karena kamu tanpa sengaja udah jadiin aku alesan buat mutusin rio. Tapi sebagai sahabat aku cuma mau kasih tau kamu satu hal. Kalo orang yg kamu cinta, nyakitin kamu, jangan benci dan lari dari dia, berterima kasihlah, karena dia udah bikin kamu bisa liat dunia dari 2 sisi yg berbeda dan belajar untuk menghadapinya" tutur iel panjang lebar,dengan tangan yg masing menggenggam tangan via.

Rio yg melihatnya, hanya bisa menatap getir. Sivia telah memberikan kedua sayapnya untuk rio. Tidak peduli via sendiri terbelenggu dan tidak bisa pergi darinya. Tapi dengan sengaja ia patahkan sayap-sayap itu, kini rio dan via sama-sama terluka.

Lupakan lah saja diriku
bila itu bisa membuatmu
kembali bersinar
dan berpijar seperti dulu kala.

Caci maki saja diriku
bila itu bisa membuatmu
kembali bersinar dan berpijar seperti dulu kala.

Jreng.

Satu petikan terakhir menyudahi penampilan rio,tepuk tanganpun membahana memenuhi ruangan itu. Rio pun berjalan,ke backstage.

"vi untuk masa depan kadang kita harus mau melangkah ke belakang. Dibelakang sana rio lagi nunggu kamu ,dan mungkin dia itu masa depan kamu, ayo jemput" iel tersenyum, via menatapnya sekilas.

Lalu dengan cepat ia berlari, ke backstage, memeluk rio dari belakang sambil terisak,  "aku sayang kamu yo,aku sayang kamu"

rio masih cukup kaget, tapi dengan cepat ia segera memeluk via membelai rambutnya yg nampak sedikit berantakan, "aku juga via, maafin aku ya vi, aku selalu kecewain kamu."

"selalu ada kesempatan buat orang yg ingin berubah dan memperbaiki diri." ucap via sambil melepas pelukannya.

"jadi kamu ngasih kesempatan buat aku?"

"iya, kesempatan ke 4 buat mario. Jangan kecewain aku lagi ya, janji?"
"janji" rio mengangguk mantap, rio kembali merengkuh tubuh via, dan memeluknya diiringi suitan dan tepuk tangan riuh teman-teman mereka.

Sayap-sayap itu memang telah patah, tapi masih ada kesempatan untuk menyembuhkan sayap itu, hingga nanti dapat mereka gunakan kembali untuk terbang bersama-sama.

Iel yg dari kejauhan menatap mereka ,kini tersenyum.

"melepas orang yg kita cintai saat dia tersenyum bahagia akan lebih mudah, dibanding terus berada disisinya saat ia menangis" batin iel.

"semangat gabriel, positifnya persahabatan lo sama rio akan tetep baik"

ia melepas jasnya, menyampirkannya dipundak sebelah kanan lalu keluar dari aula sekolah, membaur dengan alam yg kini bertabur bintang dan diterangi bulan.

Ia tersenyum dan bangga akan dirinya sendiri. Banyak orang yg berani meraih cintanya, tapi tidak banyak yang bisa dan mau merelakan cintanya pergi, menjemput kebahagiaannya sendiri.

Ia melangkah dengan mantap menyongsong hari esoknya yang pasti akan lebih indah dan berhias nada-nada dari suara hati yang lain...


the end

***

0 komentar:

Posting Komentar