Sabtu, 12 Maret 2011

Cinta Diam-Diam (cerpen)

Cinta..
Adalah ketulusan, keindahan dan kebahagiaan tanpa syarat.

Akan selalu terasa ada meski tak pernah tergapai tangan, tersentuh jari dan terlihat mata.

***

menatap indahnya senyuman diwajahmu,
membuatku terdiam dan terpaku.

Terdiam dan terpaku.
2 kata yang sudah sangat akrab dengan pemuda ini. Setiap melihat gadis itu, lidahnya kelu, tubuhnya beku, otaknya seperti tak mau bekerja hanya sibuk merapal nama gadis itu, dadanya pun serasa sesak dipenuhi rasa kagum.

Senyumnya. Binar matanya, urai rambutnya, gadis itu selalu berhasil membuat pemuda ini terbang melayang menembus lapisan langit, diiringi bunga-bunga merah jambu yang bermekaran dalam hatinya, tapi sejurus kemudian ia terhempas, jatuh,dan dipaksa bangun dari mimpi indahnya oleh kenyataan.

Ya,kenyataan. Ia hanya berani terduduk disini mengagumi pesona gadis itu dari jauh, mencintainya dalam diam. Sedangkan disana telah ada jemari milik pemuda lain yang telah meraih bintangnya, mengurungnya dalam satu ikatan.

Cinta diam-diam..
Bila disekolah ada tugas untuk mendeskripsikan tiga kata itu, maka pemuda inilah yang akan mendapatkan nilai sempurna.

3 tahun, dan ia tetap bertahan.
Selama itu perasaannya hanya tersembunyi, ia nikmati sendiri, ia tutup rapat-rapat dalam dasar hatinya, hingga tak terjamah oleh seorang pun, termasuk ole gadis ya mengaku 'sahabat'nya.

Pemuda tadi terlalu sibuk merutuki dirinya yang begitu mudah di permainkan perasaan, yang begitu pengecut hingga tidak berani untuk sekedar merapal cinta. Ia tidak menyadari bahwa objek yang sejak tadi menari dalam fikirnya kini telah terduduk manis mengambil posisi disampingnya.

"huuh, BT, BT, BT, BT" serunya kesal, sambil menghentak-hentakan kedua kakinya, pemuda tadi tersentak, dengan cepat ia menarik kembali jiwanya ke alam nyata.

"iel tu nyebelin banget sih, osis lah, rapat, proposal, mpk, terus aja begitu, udah mau nyaingin presiden aja tu sibuknya, kapan coba ada waktunya buat aku." keluh gadis tadi.
"kenapa sih, nona sivia. Kebiasaan deh, dateng-dateng ngomel." tanggap pemuda tadi.
"aku batal lagi jalan sama iel. Katanya dia mau rapat. Ngeselin banget kan??" cibir gadis bernama lengkap sivia azizah, itu.
"ya dia kan ketos via. Kamu harus ngerti dong." saran pemuda tadi sok bijak.

Ia tidak yakin, ada pemuda yang lebih bodoh darinya. Membiarkan dirinya menjadi 'tong sampah' tempat gadis yang ia sayangi, berkeluh kesah tentang pemuda lain.

"udah deh, kamu belain iel terus, dia tu gak usah dibelain." protes via, ia mendengus sebal dan melancarkan aksi mengerucutkan bibir.

JEPRETT

kamera yang sejak tadi di pangkunya, ia arahkan pada sivia. Ekspresi lucu via saat sedang BT pun terabadikan dalam kamera pemuda tadi.
Via terhenyak.

"ekh,ikh apaan sih,norak. Hapus,hapus,hapus" seru via.
"gak akh lucu tau, liat deh, ntar aku pasang di mading."
"ikh, jelek gituuu..."
"emang."
"aaaaah,apus,apus." rengek via.
"gak akh, hhehe. Wlek,wlek, via jelek." godanya lalu bernyanyi.

"MARIOOO,HAPUUUSS" teriak sivia, sambil mengejar pemuda yang ternyata bernama mario tadi.
Kejar-kejaran di tengah taman sekolah bak film india pun tak bisa di elakkan.

***

suasana menegang, ruangan yang biasanya beratmosfer ceria dan kompak ini, kini sangat sunyi. Alvin jonathan sang waketos, sejak tadi sudah mencetuskan hobby barunya yaitu menyaingi setrikaan, dengan sibuk bolak-balik di depan pintu ruang OSIS, cemas.

"iel kemana sih, rapat udah mau mulai belom nongol juga, mana kepsek sama ketua yayasan udah dateng, pula. HPnya gak aktif, aduh gimana nih?" gumam alvin setengah kesal.

"iel gak bisa dateng, dia ada urusan. Biar gw aja yang gantiin." ucap suara di belakang alvin, alvin menoleh.
"rio ??"
"ayo masuk kita mulai rapatnya."
"ta.ta..tapi kan.."
"udah percaya aja. Gak akan gw ancurin kok rapat kalian." rio pun melenggang santai memasuki ruang osis.
Alvin dengan kepasrahan yang luar biasa (?) mengekor rio, dibelakang.

Meleset dari perkiraan alvin, rio memang membuktikan ucapannya. Bukan hanya berjalan lancar, rapat juga berlangsung dengan santai dan hangat dibawah pimpinan rio. Ide-ide brilian rio acap kali membuat semua anggota rapat termasuk ketua  Yayasan berdecak bangga. Senyum dan pembawaan rio yang asik juga mampu memancing kreativitas anggota-anggota yang lain, sehingga rapat berjalan lebih mudah.

"bapak senang sekali dengan konsep yang kamu buat, semoga eksekusinya berjalan lancar." itulah pujian dari ketua yayasan yang sekaligus menjadi kata-kata penutup rapat hari itu.

Setelah melewatkan seharian menyusun konsep pensi bersama rio, hampir semua anggota osis menarik kesimpulan bahwa rio lebih baik dari gabriel.

"thanks ya yo. Gw gak tau deh, kalo gak ada lo. Lo hebat banget, baru sekali ikut rapat tapi ide-ide lo udah nyatu banget sama tema dasar yang tim osis buat." puji alvin.

"akh, elo berlebihan vin. Biasa aja kali, gw banyak belajar dari bokap." tjar rio merendah.
"ya whatever lah, yang jelas buat gw lo tu hebat. Sekali lagi thanks ya."
"iya,iya. Sama-sama koko."
"ya udah, gw duluan deh. Bye." pamit alvin.
"oke, bye." timpal rio sambil melambaikan tangannya.

Drrt.drrt.drrt.

Rio merogoh HP nya yang bergetar dari dalam saku.

From : via^sista

Riooooo, aku seneng banget. Aku lagi dinner lho sama iel \\(^_^)//


rio tersenyum membaca pesan singkat dari sivia, ntah benar atau tidak apa yang ia lakukan tadi yang penting baginya, gadis itu, sivia, bahagia.

***

"makasih ya, yel." ucap via lembut, saat ia turun dari motor iel.
"ya ampun, iya vi. Udah berapa puluh kali, kamu bilang makasih? Udah akh, cepet masuk sana, udah malem. Cepet tidur dan mimpiin aku ya." pesan iel, sambil mengusap puncak kepala kekasihnya itu.
"kalo gitu aku masuk dulu ya. Love you." via tersenyum manis.
"love you too, princess." ia balas tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.

Via pun berlalu, melangkah ringan ke dalam rumahnya, ia yakin akan mimpi sangat indah malam ini.

Prok-prok-prok.

"wow, bagus, bagus. Jadi ini urusan lo?" ujar alvin dengan nada mencibir, tadi ia kebetulan lewat rumah via.
"lho,vin? Kok lo masih pake seragam, baru pulang ya?" tanya iel polos.
"gw kira urusan apaan. Jadi lo gak dateng rapat cuma karena mau pacaran,heuh?? Dimana tanggung jawab lo,yel??"
"maksud lo apa sih gw gak ngerti,vin."
"lo inget kan hari ini ada agenda pembahasan pensi sama kepsek dan ketua yayasan. Trus kenapa lo gak dateng yel?? Untung aja ada rio."
"rio?? Aduh, gw makin gak ngerti deh. Bukannya jadwal rapatnya diundur besok, rio bilang gitu ke gw."
"alah udah lah yel. Lo tu udah salah, gak usah pake nyalahin orang. Lo tau?? Gw rasa rio lebih cocok jadi pemimpin, dia cerdas, kerjanya juga cepet dalam sehari aja proposal, denah lokasi, sponsor, pamflet, daftar acara, kepanatiaan, semua kita kebut bareng-bareng dan udah selesain hari ini. Ya, saran gw sih, mending besok lo buat surat pengunduran diri deh dari jabatan lo, pasti kepsek lebih seneng kalo ketosnya rio. Gw juga sih." kata-kata alvin barusan benar-benar membuat iel tersinggung, apalagi alvin bicara dengan sangat sinis dan langsung pergi begitu saja, sesudahnya.

"ALVIN,VIN, ALVIN, ARGH, RIO....SIALAN LO." geram iel.

***

BUG-BUG-BUGG

pukulan iel mendera tubuh rio bertubi-tubi tanpa ampun, darah mulai mengalir dari sudut bibir rio.

"apa maksud lo,heuh?"

BUG

"JAWAB !!! Mau sabotase jabatan gw, mau nunjukin kalo lo lebih hebat, iya??"

BUG BUGG

rio masih diam tak membalas, ia sadar betul apa yang telah ia lakukan adalah salah. Membohongi iel.
Tapi bukan kah, terkadang cinta memhalalkan yang salah??

"ayo lawan gw, kenapa lo diem aja. Sialan lo,yo. Gw gak nyangka. Berdiri lo."

iel menarik keras baju seragam yang kini di penuhi noda darah. Saat itu, rio tengah memarkirkan motornya di halaman rumah, kemudian tiba-tiba iel yang mungkin sudah mengintainya dari tadi, memukulnya dari belakang hingga jatuh tersungkur.

"elo bohongin gw yo, lo emang sobatnya cewek gw, tapi jangan kira gw gak bisa kasar sama lo." emosi iel makin menjadi melihat aksi bungkam rio. Ia mengeluarkan sebuah benda dari dalam sakunya, benda itu berkilau keperakan terkena terpaan sinar bulan.

"jawab gw apa maksud lo? Atau pisau ini bakal ngulitin muka sok ganteng lo ini." ancam iel, sambil mendekatkan pisaunya ke wajah rio.

"oke,gw bakal jawab, tapi turunin dulu pisau lo itu." pinta rio, yang kemudian dikabulkan oleh iel.

"gw gak ada maksud apa-apa, gw juga gak mau jabatan lo. Gw cuma gak mau orang yang gw sayang terus-terusan kecewa. Kalo lo selalu sibuk, orang yang gw sayang bakal sedih dan gw gak suka liat dia sedih." jelas rio dengan cool.

Iel tertegun, ia memerlukan waktu untuk mencerna kemana arah pembicaraan rio tadi. Seiring dengan itu, cengkraman di kemeja rio pun mengendur. Rio tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia mendorong tubuh iel, iel yang kelabakan langsung terjatuh. Rio segera berlari ke dalam rumahnya.

"woii rio. Argh, SHIT. Sial, apa coba maksudnya tadi." umpat iel marah.

***

pagi ini masih sama seperti pagi-pagi kemarin. Matahari masih dengan senang hati berpijar membagikan cahanya pada bumi. Sinarnya juga masih berkenan menghangatkan rumput-rumput hijau yang basah tersentuh embun.

Sivia masih asik mengamati sebuket mawar putih yang (lagi-lagi) diterimanya. Ia bersenandung kecil diiringi kicau burung yang bertengger santai diranting pepohonan.

"pagi via." sapa iel sambil berjalan ke arah teras rumah via.
"pagi, tumben pagian jemputnya."
"hhehe, pengen numpang sarapan dulu nih." celetuk iel.
"huuh,ada-ada aja deh."
"ekh, bunga dari siapa tuh?" tanya iel, mengamati rangkaian bunga indah yang digenggam gadisnya itu.
"dari pangeran aku" jawab via enteng.
"pangeran?? Maksud kamu?" tanya iel curiga, ekspresi tidak wajar khas orang cemburu pun langsung terpeta di wajah tampannya.

"dih, udah deh, ngaku aja, gak usah belaga bego gitu. Udah ketebak kali."

"belaga bego apa sih?" batin iel bingung.

"emmh, makasih ya yel, tiap hari kamu kirimin aku bunga, coklat, kartu ucapan, puisi, selama 2 tahun pula. kamu tu bener-bener bikin aku ngerasa special, tau gak."

"kamu ngomong apa sih,vi. Aku gak pernah kirimin kamu semua itu. Dan lagi, aku kalo mau kasih kamu sesuatu pasti secara langsung, gak dengan cara pengecut model begitu. Kita juga kan baru kenal 1 tahun lalu."

"jangan becanda deh,yel. Kalo bukan kamu siapa lagi yang tau semua kesukaan aku, yang tau kalo Kalo aku lagi sedih atau seneng? Lagian di kartu pengirimnya ada nama kamu kok, liat ni." via menyodorkan secarik kertas pada iel.

Selamat pagi.
Bunga yang cantik untuk gadis cantik.
Semoga aromanya bisa selalu menyejukkan hari-harimu.

Stev.

Iel membaca barisan kata yang tertulis pada secarik kertas berwarna merah hati itu.

"stev itu stevent kan, nama kamu gabriel stevent kan??" ujar via, dari air mukanya, via nampak sangat berharap iel akan tersenyum dan mengangguk.

"bukan vi,bukan aku. Tapi kayaknya aku tau deh tulisan ini. Mmh,tulisan siapa ya?? Kayaknya temen sekelas kita deh." tebak iel.

"muhammad raynald prasetya?? Gak ada stev-stevnya."
"ahmad fauzy adriansyah?? Sama aja."
"alvin jonathan?? Bukan, cakka kawekas nuraga?? Gak mungkin juga."

iel mulai mengabsen satu persatu nama teman-teman cowok di kelasnya, dan tinggal satu orang yang belum terapal namanya. Satu orang yang memang sangat dekat dengan sivia.

Iel dan via berpandangan, lalu melirihkan nama itu bebarengan.

"Mario Stevano Aditya."

"yapp itu dia orangnya vi. RIO. Stev untuk stevano. Dia sengaja nyisipin nama itu, biar kamu nyangkanya aku yang ngirimin semua itu." iel mendeskripsikan dugaannya.
"gak mungkin, rio itu sahabat aku."
"justru karena dia sahabat kamu,jadi dia bisa tau semua tentang kamu. Ayo ikut aku." iel menarik kasar lengan kanan sivia, kalau beruntung iel bisa membongkar secret admirernya via hari ini juga.

"yel, denger aku, siapapun orang itu. Aku sayangnya sama kamu yel dan itu gak akan berubah, udahlah yel, lupain aja."

"udah deh vi, gak usah bawel. Mumpung masih pagi." iel berkata sambil memandang dingin pada sivia.

Tanpa sempat pamit kepada orang tua via, mobil iel sudah meluncur cepat membelah lalu lintas pagi yang mulai merapat. Tak sampai 20 menit, mobil iel sudah berbaris rapi dengan kendaraan lain di tempat parkir sekolahnya. Via dan iel mulai berjalan menyusuri koridor-koridor panjang, yang masih sepi. Saat tiba dikelas, belum ada tanda-tanda kehidupan disana. Kosong. Sinar matahari pun sepertinya belum sampai Berkunjung ke ruangan ini. Mereka segera bersembunyi dibelakang meja guru yang cukup tinggi dan besar, saat mendengar derap-derap kaki mendekat.

Pintu terbuka.

Dan feeling iel benar.
Dari luar menyeruak masuk seorang pemuda berperawakan tinggi tegap, ia menendeng sebuah gitar dan setangkai bunga bougenville. Iel dan via tau pasti siapa pemuda itu, tapi tidak seperti biasanya, pemuda itu tidak mengenakan seragam sekolah. Ia hanya mengenakam kemeja putih yang di pasangkan dengan jeans hitam, jam tangan berwana gelap juga melingkar di pergelangan tangan kirinya. Pemuda tadi berjalan gontai ke arah meja nomer 2 di deretan dekat jendela, meja via. Ia duduk bersila diatas meja itu, memandang lekat-lekat pada kursi yang pemiliknya tengah mengacak-acak hatinya.


Ku  akui  aku  memang  cemburu
Setiap  kali  kudengar  namanya  kau  sebut
Tapi  ku  tak  pernah  bisa
Melakukan  apa  yg  seharusnya  kulakukan
Karena memang  kau  bukan  milikku

Ku  akui  aku  merindukanmu
Meski  ternyata  tak  pernah  kau  merindukanku
Tapi  ku  tak  pernah  bisa
Melakukan  apa  yg seharusnya  kuinginkan
Karena  memang  kau  bukan  milikku

Sesungguhnya  ku  tak  rela
Jika  kau  tetap  bersama  dirinya
Hempaskan  cinta  yg  kuberi

Semampunya  ku  mencoba
Tetap  setia  menjaga  segalanya
Demi  cinta  yg  tak  pernah  berakhir

Ku  akui  aku  merindukanmu
Meski  ternyata  tak  pernah  kau merindukanku
Tapi  ku  tak  pernah  bisa
Melakukan  apa  yg  seharusnya  kuinginkan
Karena  memang  kau  bukan  milikku

Sesungguhnya  ku  tak  rela
Jika  kau  tetap  bersama  dirinya
Hempaskan  cinta  yg  kuberi

Kejujuran  hati  yg  tak  mungkin  dapat  ku  pungkiri
Keinginanku  untuk  kau  tau  isi  hatiku
Demi  cinta  yg  tak  pernah  berakhir....

rio bernyanyi diiringi petikan gitar yang tadi ia tenteng.
Suaranya mengalun merdu, membuat setiap gadis yang mendengarnya dipastikan bisa langsung meleleh, ya,tapi terkecuali 'gadis itu'....

"RIO..." panggil via.

Rio sempat kaget, mendapati iel dan via dibelakangnya, tapi kemudian ia menormalkan kembali raut wajahnya. Santai dan cool, ciri khas rio.

"makasih buat semuanya yo, tapi kamu harus tau, kita cuma sahabat dan gak akan pernah bisa lebih dari itu. Maaf." tegas via.

"dan kamu juga harus tau via, aku gak pernah minta lebih dari itu." rio tersenyum, meski wajahnya dipenuhi lebam kebiruan.

Rio lalu pergi, tetap dengan senyum. Entah mengapa iel bisa merasakan ketulusan yang besar dalam senyum itu. Rio lebih bisa membahagiakan via dibanding dirinya, iel meyakini itu.

Via melirik setangkai bunga yang rio tinggalkan beserta secarik surat...

Bukan mawar, lily atau anggrek, hanya setangkai bougenville, bunga yang sangat sederhana, bahkan terkesan biasa saja, tapi bogenville tetap sebuah bunga, didalamnya tetap terdapat Tetesan madu. Sama seperti persahabat, sesederhana apapun itu, tetap akan ada cinta di dalamnya.

Sahabatmu, dan akan selalu jadi sahabatmu.
Mario.

Iel segera mengejar rio, setelah via selesai membacakan catatan kecil itu.

"RIO." panggil iel.

"gw gak akan ganhu kalian lagi. Janji." teriak rio dari balik mobil.

Setelah mengucap kalimat tadi, mobil rio langsung melesat meninggalkan sekolah, iel segera menyusulnya. Kedua mobil itu langsung melesat menyusuri jalan raya.

"IEL JANGAAN...." teriak via, yang baru berhasil menyusul ke luar.
Via segera menyetop taksi yang kebetulan lewat dan menyuruh taksi itu untuk mengikuti mobil iel.

Iel terus memacu mobilnya, tapi ternyata kecakapan rio dalam mengemudikan mobil tidak bisa dianggap remeh. Sedan hitam rio, menyalip dengan mulus diantara mobil-mobil lain. Bak diarena balapan, iel dan rio tidak mempedulikan mobil lain, yang juga telah mengeluarjan pajak cukup besar untuk bisa menikmati jalanan itu. Iel terus fokus pada mobil rio, beberapa kali ia sempat berhasil menyalip rio, tapi sedetik kemudian mobil rio kembali meluncur bebas mendahuluinya.

Gas diinjak sekuat tenaga, jarum pada speedometer sudah menunjukan angka yang ekstrem. Lampu dan rambu lalu lintas, tidak lagi idiindhkan.
2 orang pemuda,
dan keduanya tidak ada yang menyadari maut tengah mengintai mereka lebih ketat.

CCIIITTT

rem mobil rio diinjak dengan mendadak, setelah terdengan bunyi debam dan dentuman yang keras dibelakangnya. Putaran ban pada mobil berhenti seketika, menimbulkan percikan bunga api kecil.
Rio terhenyak, melihat pemandangan yang tertangkap kaca spionnya.

Mobil iel...

Terguling dan terbakar, diseret sebuah truk , dengan kecepatan penuh rio segera berlari. Orang-orang sudah berkerumun di tempat kejadian, tapi tak ada satu pun yang berani mendekat, untuk menolong iel yang tengah meregang nyawa dalam mobil. Dengan kedua tangannya sendiri, rio mengeluarkan iel dari puing-puing besi yang sudah meremuk.

"bertahan yel, bertahan. Ambulance...ambulance." teriak rio setelah berhasil Mengeluarkan iel.

"IEL.." jerit via histeris, ia segera memangku kepala iel dan mengusap darah yang mengalir di pelipisnya.

"lo bego banget sih yo, ngapain juga lo kabur. Takut gw gebukin lagi ya?? Gw cuma mau nanya kok, seberapa sayang, lo sama cewek cengeng ini." iel melirik via, yang tengah tersedu.

"AMBULANCE..AMBULANCE. TOLONG DONG..." teriak rio.

"maaf ya yo, soal kemaren. Satu hal yo, lo udah mulai dan lo juga harus akhirin semuanya. Stev untuk stevano, jagain sivianya gw ya, kalo nggak bakal gw gentayangin lo, kalo gw mati. Lo berani ngasih coklat, bunga, puisi.. Berarti lo juga harus berani jaga hatinya via.." tutur iel, panjang lebar.

"via, kayaknya cinta kamu salah alamat ya? Dan aku udah anterin kamu ke orang yang tepat, ke hati yang benar."

via hanya bisa menggeleng, ucapan iel terasa bagai ucapan selamat tinggal untuknya.

"aku sayangnya sama kamu yel, sama kamu." lirih via.
"jangan nangis can...tik."

kalimat itu adalah kalimat terakhir yang keluar dari mulut iel, karena sesudahnya mata iel mulai terpejam seiring nafas yang berhenti berhembus.

***


potong kuenya
potong kuenya
potong kuenya
sekarang juga.
Sekarang juga.

"ayo dong keke, potong kuenya." titah seorang wanita dengan lembut, keke memggeleng.

"keke sedih ya, ngerayain ulang tahunnya cuma sama mama, gak sama temen-temen?" tanya manita itu dengan nada lembut yang sama, ia membelai rambut panjang putrinya.

"bukan gitu ma, keke gak mau kok tiap ulang tahun dirayain rame-rame. Keke seneng ngerayain sama mama, tapi kue pertama keke buat papa,mah. Tapi papanya gak ada, keke gak mau potong kuenya." tutur gadis manis itu.

Happy birthday keke.
Happy birthday keke.
Happy birthday,
happy birthday,
happy birthday keke.

"PAPAAA..." teriak keke, ia segera menghampiri seorang pria dengan jas rapi dan berkacamata tanpa bingkai, keke langsung memeluk dan mencium pipi papa kebanggaannya itu.

"papa dateng?"
"iya dong, kan papa udah janji. Papa juga bawa ini nih." pria itu mengeluarkan sebuah boneka cantik berukuran sedang kepada anaknya.

"wauw Barbie.." tangan gadis itu sudah terulur hendak menggapai boneka itu.
"eits, tunggu dulu, masih inget janji keke sama papa?"
"inget dong, gak boleh nakal, harus jadi anak pinter, nurut sama mama dan sayang sama mama juga papa." keke mulai mengabsen janjinya satu persatu.

"sipp, nih kalo gitu. Jaga baik-baik ya bonekanya." pria tadi tersenyum hangat.

"okidi pah. Ayo,ayo,kita potong kuenya." keke menarik lengan papanya dengan semangat.

Ya, beberapa tahun telah terlalui, meski tidak dengan mudah. Dan rio telah berusaha memenuhi pesan iel dulu, menjaga sivia semampunya. Sivia kini telah menjadi pendampingnya, ibu dari anaknya dan permaisuri dalam istananya. Tak masalah bagi rio meski seringkali via masih memanggilnya 'yel', meski via lebih mengingat hari jadiannya dengan iel daripada hari ulang tahun rio.
Tak masalah bagi rio selamanya ia harus berbagi dengan sosok masa lalu yang kenangannya tak pernah mati. Karena bagi rio dari awal cintanya adalah sederhana, rasa miliknya dan untuknya sendiri.

Ia juga tak pernah keberatan putri pertamanya menyandang nama gabrie, ia selalu belajar tulus dan itulah yang memudahkan langkahnya selama ini.

Selalu senyum dan kelembutan yang ia suguhkan, bukan paksaan atau tuntutan. Ia hanya berharap suatu saat dirinya akan memiliki tempat di hati via, Walau hanya sebatas ruang sempit dan kecil.

"makasih ya yo."
"buat?"
"buat semuanya, kamu selalu berusaha bikin aku dan keke bahagia."
"itu emang tugas aku kan,vi."
"aku janji yo,aku akan selalu belajar lebih sayang sama kamu."
rio tersenyum simpul.
"aku akan selalu tunggu vi, sampai janji itu benar-benar terpenuhi." balas rio,sambil mendaratkan kecupan di kening vi.

JEPREET

sebuah kamera mengabadikan momen itu.

"hayo,mama sama papa pacaran ya, keke bilangin bu guru lho. Hhahaha." keke tertawa renyah.
"ikh, keke nakal ya. Mana siniin kameranya, dia mirip kamu tu, suka motret sembarangan." gerutu via pada rio.

"gak mau, wlek,wlek." keke berlari menaiki tangga.
"kejar dong" tantangnya.

Rio dan via saling berpandangan, lalu Tersenyum kompak

"SERRBUU KEKE.."

Mereka lalu berkejaran mengelilingi istana mereka, diiringi gelak canda dan tawa. Ketiganya larut dalam kebahagian.
Kebahagian besar yang terlahir berkat satu hal kecil, ketulusan.

Mencintai dalam diam, akan selalu jadi rasa rahasia dalam hati, tak peduli sesering apa ia berkorban, seberapa lama ia bertahan, sesakit apa yang dirasa, seberapa jauh jarak yang direngkuh, tetap tak akan pernah ada penghargaan untuk seorang pengecut yang hanya berani mencintai diam-diam.
Tapi tuhan adalah zat maha adil diantara yang paling adil, suatu saat semua ketulusan akan selalu di ganjar-Nya dengan harga yang sangat mahal.



THE END

0 komentar:

Posting Komentar