Kamis, 11 November 2010

Balon Udara RiFy (cerpen)

"huhuhuhu," gadis cilik itu menangis tersedu. Ia seperti sedang mengupayakan sesuatu, melompat-lompat setinggi mungkin di bawah sebatang pohon, tangannya dengan serampangan menggapai lurus ke atas.

"huuh, nggak bisa" keluhnya menyerah, gadis cilik dengan pita kupu-kupu cantik yang mengapit sejumput poninya itu lantas terduduk, tangan kecilnya memeluk kedua lutut, "kesal kesallll," gerutunya seraya mengerucutkan bibir tipisnya.

Tak berapa lama, seorang anak laki-laki berperawakan tinggi dengan topi dikenakan terbalik melintas dihadapan gadis cilik tadi, dengan wajah ramah anak laki-laki itu menghampirinya, "hei Fy, ngapain kamu duduk disitu?" tanya anak laki-laki tadi, heran.

gadis yang disapa Ify tadi menoleh, "itu kak rio, balon ify kesangkut disana." ucapnya lucu sambil menunjuk pd balon merah muda yg tersangkut diranting-ranting pohon mangga.

"ohh itu, ya udah nggak usah bete gitu dong, biar kakak ambilin, tunggu ya," ucap anak laki-laki bernama rio tadi.

Rio pun segera dengan cekatan menaiki cabang-cabang pohon mangga, tangannya telah berhasil menggapai ujung benang yg tergantung pada balon.

"yeyeye, kaka hebat" seru ify, sambil bertepuk tangan.

rio pun segera turun, tapi sial kakinya berpijak pada ranting yang rapuh sehingga rio terjatuh.

Bruk

"awww" rintih rio.

"kakak.." pekik ify histeris, "kakak nggak apa-apa? Ada yang luka?" tanya ify, khawatir.

"kakak nggak apa-apa kok, fy. ni balonnya," rio menyerahkan balon ify, balon yang tetap digenggamnya, walau ia terjatuh tadi.

Ify meraih balonnya, tapi matanya tertumpu pada tangan rio yang lecet dan mengeluarkan darah, "tangan kakak berdarah," titik-titik kecil mulai berjatuhan dari mata ify. Ia melepaskan balon yg digenggamnya, tanpa pamit balon itu pun langsung mengudara ke angkasa. Ify segera meraih tangan rio dan membersihkan darah yang mengalir dengan sapu tangannya, "sakit ya kak? Maaf," ify masih terisak pelan.

"yah, fy. Balonnya kok dilepas??" tanya rio, sambil menatap balon yang terbang semakin jauh.

"kalo nggak dilepas, siapa yang bakal ngobatin lukanya kakak?"

"kakak, nggak apa-apa tau, udah ah jangan nangis, ayo senyum!" bujuk rio seraya memandang teduh pada gadis cilik dihadapannya, Ify pun tersenyum, "nah gitu dong, peri kecil." puji rio.

"apa kak?"

"iya, kalo kamu senyum, kamu kayak peri. Senyum kamu manis banget"

"ih kakak genit tapi kakak juga ganten kayak pangeran," ucap ify polos.

"kalo gitu mulai sekarang ify jadi peri kecilnya kakak dan kakka jadi pangerannya ify, ok?" rio mengacungkan jari kelingkingnya.

"ok!" ify pun menautkan jari kelingkingnya, keduanya tersenyum, lalu beranjak meninggalkan taman itu, karena remang-remang senja mulai datang.

Ify berusia 5 tahun dan Rio satu tahun lebih tua darinya, keduanya bertetangga, mereka mulai bersahabat sejak rio dan keluarganya menempati rumah kosong disebelah rumah ify. Sejak itu, mereka berteman dekat. Ify yang anak tunggal sangat senang memiliki teman baru dan pun dengan rio yang kedua orang tuanya jarang menghabiskan waktu di rumah untuk sekedar menemaninya bermain.

*

DOORRR

Balon berwarna ungu itu meletus tapat di dekat telinga rio.

"riogantengnggakadayangpunya" latah rio karena kaget.

"hahahaha, dari dulu sampe sekarang udah 17 tahun latah lo masih aja ngonsep gitu ya, hahaha" ify tertawa puas.

"sialan lo fy, mau bunuh gue? kalo gue jantungan gimana?" rio mencak-mencak.

"hahaha iye iye maaf ya kakakku sayaanggg muach," ucap ify sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"najong lo," cela rio, lalu kembali berkutat dengan bukunya.

"baca apaan sih kak?"

"cara berternak kutu," jawab rio sekenanya.

"wohoo, kenapa nggak sekalian lo baca tips-tips menjadi pawang tikus profesional?"

"ogah gue kan ganteng"

"idih trus ada hubungannya gitu?"

"eh fy besok jalan yuk" ajak rio, tiba-tiba.

"nggak ah, jalan sama lo sih paling juga kesawah atau nggak kerawa-rawa cari belut, terus dijajaninnya paling es dawet 2000 perak, lo kan kere kak," ify mengoceh.

"ya, muka-muka kayak lo kan nggak pantes kalo gue ajak ke mall atau ke restora.n Udah pokoknya besok gue jemput jam 9 pagi," paksa rio.

"iya deh, apa sih yang nggak buat kakak." ify akhirnya setuju.

*

"IIPPPPIII..." teriak rio di depan gerbang rumah ify.

"woi, nyante kak, ngggak usah pake teriak berapa?" jwb ify dari jendela kamarnya. Ify pun keluar dari rumahnya, ia masih mengenakan piyama dan memeluk boneka kesayangannya. Ify mengamati rio dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, "lo mau kemana kak, kok udah rapi?" tanya ify.

"errghh, ada bantal nggak?" tanya rio dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"ada, buat apaan?" tanya ify polos.

"gue pengen ngebekep muka orang pikun ni!!!" kata rio sambil menatap sinis pda ify.

Krik kriiikkk.

Ify masih tertegun tak mengerti, sebelum akhirnya berteriak histeris, "HUWWWAAA, sorry kakak gue lupaaaaa" ify heboh sendiri.

"BURUAN SIAP-SIAPPPP!!!" teriak rio, ify langsung ngibrit ke kamarnya sambil menutup telinganya.

"gila, kak rio, sarapan peluit kali yak suaranya cempreng banget," batin ify.

Setelah rio lumutan dan karatan menunggu, ify baru keluar dari kamarnya. Ia terlihat cantik dalam balutan dress putihnya dan rambut yang terurai indah menyentuh pundaknya, rio menatap ify dari atas sampe bawah, terus ke atas lagi, ke bawah lagi, terus keatas lagi, ke bawah lagi dan begitu seterusnya sampai ify merasa jengah diperhatikan seperti itu.

"lo salah kostum fy, orang gue mau ngajak lo nangkep belut." celetuk rio.

"nggak usah becanda deh kak, gue sambit pake samurai nyaho lo" jutek ify.

"hehe ya udah yuk berangkat!" ajak rio.

Mereka pun pergi jalan-jalan hari itu. Dimulai dari dufan, di sana mereka mencoba wahana-wahana baru yang bikin jantung rio ngedance. Mereka juga mencoba wahana lain, yang mengembalikan ingatan mereka ke masa kanak-kanak dulu. Mereka tersenyum, tertawa lepas, bergandengan, waktu dan dunia seakan mengalun mengikuti irama canda mereka.
Setelah puas dengan dufan, ify dan rio pergi ke pantai, di atas hamparan pasir putih mereka mengukir sebuah nama RIFY, kependekan dari nama mereka berdua, rio dan ify. Keduanya berlarian mengejar ombak, menikmati air laut yang menyentuh lembut kaki mereka, mengikuti deru angin yg menemani kala itu. Dan yang terakhir kesini, di taman ini... taman yang sama di mana rio menemukan ify merengut menatapi balonnya yang tersangkut di ranting pohon, 11 tahun lalu.

"duduk sini kak!" ajak ify yang lebih dulu duduk pada sebuah ayunan, "kak, makasih ya." lanjutnya sambil tersenyum.

"untuk?"
"untuk semuanya, terutama untuk hari ini, ify seneng bgt"

"fy..."

"ya?"

"gue.."

"kenapa kak?"

"gue... mau itu... emm hari ini anu fy, gue..."

"apaan sih lo, kak. Gak jelas banget.” ujar ify kemudian menjejakkan kakinya dan mendorong ayunan dengan kakinya. ayunan yang dinaiki rio dan ify, perlahan mulai berayun. semakin lama semakin cepat dan tinggi.

"lusa gue berangkat ke singapore fy" ucap rio tiba-tiba, ify tersentak hingga tanpa sadar dilepasnya pegangan pada tali ayunan sampai ia jatuh tersungkur, "Ify!!!" pekik rio, "lo nggak apa-apa fy?" cemas rio.

"lo boong kan kak?" tanya ify, matanya mulai berkaca-kaca.

"fy lutut lo, berdarah."

"kak rio, lo boong kan?"

"sini fy, biar gue bersihin luka lo."

"kak rio, liat gue, ayo bilang kalo lo bohong, lo bercanda kan kak?" ify menangis, ia mengguncang-guncangkan pundak rio.

"fy,gue..."

"mau apa sih kesana? kenapa tiba-tiba mau pergi? KAKAK JAHAT!!!" teriak ify, lalu berlari menjauh.

Rio hanya bisa menatap punggung ify dengan sedih, "maaf, fy..."

*

tok tok tok

"ify, buka dong, lo tega amat sih sama gue" sivia, sahabat ify sekaligus sepupu rio, sudah mengetuk pintu kamar ify sejak tadi tapi ify tetap bergeming.

"ify lo egois banget sih, lo kira lo tu siapanya rio? Rio tu pergi buat nerusin sekolahnya, buat ngejar cita-citanya, bukannya dukung lo malah ngambek gini, manja banget sih lo," omel sivia, kesal.

"ok, emang gue bukan siapa-siapanya kak rio, terus kenapa lo masih di sini? gue nggak mau nganter rio kebandara, gue nggak mau. udah lo pergi aja sana." teriak ify dari dalam kamarnya.

"ok, gue bakal pergi, nyesel gue fy, punya sobat kayak lo. ALYSSA SAUFIKA, lo bakal nyesel!!!" umpat sivia dan BRAKK, sivia melempar sebuah kotak ke arah pintu kamar ify. Beberapa detik kemudian derap langkah sivia mulai terdengar samar dan menjauh.

"lo nggak ngerti vi, lo gak ngerti. Perasaan gue bilang kalo kak rio bakal ninggalin gue selamanya, gue takut vi, takut." batin ify, air matanya deras mengalir. setelah dirasa sivia sudah pergi, ify perlahan membuka pintu kamarnya, didapatinya sebuah kotak tergeletak di sana, saat dibuka isinya hanya ada seuntai pita berwarna merah hati dan sepucuk surat yang berbunyi,

pita itu akan selalu mengikat aku dan kamu,fy, sejauh apapun kita terpisah. mengikat kita dalam satu ikatan yang mungkin saat ini masih terlihat semu, tapi akan menjadi sangat nyata saat aku pulang nanti.

Tunggu gue, fy. Tunggu gue...


*

tiga tahun... dan Ify masih menunggu, meski arahnya mulai semu.
Ia tetap bertahan meski kisahnya tak tentu jalan.
Rio... entah apa dan mengapa, tak ada kabar lagi darinya. tak ada telpon, sms, apalagi kado di hari ulang tahun ify. surat terakhir dari rio pun sudah sangat lusuh karena terlalu sering ify baca seraya menunggu surat berikutnya yang tak kunjung datang hingga sekarang.
Ify hanya bisa menangis, ia tak mengerti bila harus bertahan apa yg sebenarnya ia pertahankan, cintakah? jadi apakah ia jatuh cinta pada kakaknya?
Tapi bila harus menyerah, hatinya menolak keras.
masihkah rio mengingatnya? akankah rio menepati janjinya?

'pangeran ganteng' caling..

ify menatap layar handphonenya yang berkerjap-kerjap, "kak rio" batin ify, ia segera menekan tombol hijau untuk menerima panggilan yang masuk,"halo?"

"halo periku."

"kak rio... Lo kemana aja? Gue kangen tau, gitu banget. nggak ada kabar."

"hehe, kan lo yang minta gue serius sama sekolah gue supaya cepet kelar. Dan besok sore gue udah bisa balik, cantik.."

"really?"

"iya, fy.. Besok jemput gue ya di bandara. Udah sana cepet tidur udah malem, miss you."

"miss you too kak."

klik, telepon pun terputus.

"huwaaa, pangeran gue besok pulang!!!" teriak ify histeris. handphone yang digenggamnya hampir saja dilempar karena terlalu gembira.

*

ify sudah bersiap-siap akan menjemput rio di bandara, ia sudah mengenakan pakaian terbaiknya, berdandan secantik mungkin, senyum pun tak henti-hentinya terpeta menghiasi paras ayunya.

Breaking news
pesawat garuda indonesia, singapore-jakarta pukul 15.50 tadi mengalami kecelakaan, bangkai pesawat ditemukan hancur menabrak perumahan penduduk, seluruh awak dan penumpang dipastikan tewas.


Ify tersentak mendengar berita yang baru saja disaksikannya. Tulang belulang ify, serasa dilucuti, ia terduduk lemas, air matanya sudah mengalir deras, deras sekali, menyapu polesan bedak yang tadi menghiasi pipinya, "singapore? kak rio? nggak, nggak mungkin ini pasti salah. kak rio, ini pasti salah!!!"

*

"ify, rio,fy" ify tiba di bandara sekitar 20 menit kemudian. setibanya di sana, sivia menyambutnya dengan tangisan, "gue nggak rela, fy. Dia sepupu terbaik gue. gue belum liat ijazahnya. gue belum liat foto wisudanya." lanjut sivia, masih dengan tangis yang menyeayat.

"kak rio mana vi, di mana kak rio? dia nggak apa-apa kan?"

"jasadnya belum ketemu, fy"

"nggak, gue yakin dia masih hidup vi, kak rio janji bakal balik buat gue."

"tapi semua penumpang..."

"gue nggak percaya sebelum liat jasad kak rio."

"maaf, apa nona-nona ini keluarga dari mario stevano?"

"iya pak saya sepupunya."

"kami menemukan kartu identitas ini pada korban," petugas itu membuka sebuah karung mayat.

Sosok laki-laki berperawakan tinggi berkulit hitam manis, terbujur kaku. Wajahnya sudah rusak parah hingga sulit untuk dikenali. Tapi perawakannya mirip sekali dengan rio, tapi bukan, itu pasti bukan jasad kakak kesayangan ify, pasti bukan. ify mundur menjauh. tak kuasa menerima kenyataan yang ada dihadapannya.

"nggak, itu bukan kak rio, itu bukan kak rio!!!" ify berusaha mengingkari apa yg dilihatnya. Ia pergi. berlari sekuat kakinya mampu.


"ify, fy, ifyy..." panggil sivia, tapi tak dihiraukan.

Ify terus berlari kearah taman, taman terakhir tempatnya bertemu dengan rio sebelum pemuda itu pergi ke singapore dan mungkin tidak akan kembali selama-lamanya. di taman ini sejak kecil ify dan rio sering menerbangkan balon-balon harapan mereka, ify memang sangat menyukai balon dan rio sangat tau hal itu.

"kakak.kakak jahat,kenapa kaka tinggalin ify," sudah tak terhitung berapa banyak air mata yang dikeluarkan ify hari ini, "ify kangen tau nggak, kak rioo...."

Waktu t'lah tiba
aku kan meninggalkan
tinggalkan kamu tuk sementara
kau dekap aku, kau bilang jangan pergi
tapi ku hanya dapat berkata...

ify sangat mengenal suara itu. ia memejamkan matanya, ini pasti hanya khalannya saja. tapi sesaat kemudian ada tangan hangat yang menyentuh pipinya, dan menghapus air mata ify. perlahan ify membuka mata.

aku hanya pergi tuk sementara,
bukan tuk meninggalkanmu selamanya
aku pasti kan kembali pada dirimu
asal kau jagan nakal
aku pasti kembaliii.....

"kak rio..." lirih ify, "apa gue mimpi?" tanya ify.

"nggak fy, kamu nggak mimpi. ini aku rio. aku tepatin janji aku kan?"

"tapi bukannya..."

"gue selamat fy, tuhan masih ngasih gue kesempatan buat jagain peri kecil gue."

"gw takut banget tadi, kak."

"sekarang kan gue udah di sini but lo," rio tersenyum, "fy makasih ya, lo udah mau nunggu gue, lo udah jadi semangat gue. maaf kalo gue minta terlalu banyak dari lo, tapi gue minta satu hal lagi fy..."

"apa?"

"jadi peri kecil gue ya fy, selamanya. be mine, please?"

"gue mau kak. dan kamu, mario stevano, jadilah pangeranku, pangerannya ify, selamanya."

Rio mengangguk. keduanya lantas berpelukan, menikmati ikatan yg kini telah nyata untuk keduanya, ikatan yang akan menyatukan mereka dalam suka dan duka, saat ini dan semoga selamanya. bersamaan dengan itu, balon warna warni beterbangan di langit di atas mereka...

"yeeeeeee!!!" seru seseorang

"sivia" ify dan rio berkata dengan kompak.

"hehehe, makasih lo berdua sama gue. gue udah niupin tu balon semuanya, sampe pipi gue tembem ni." kata sivia sambil menghampiri ify dan rio.

"yaahh vi, itu mah bawan lahir kal.i" celetuk rio

"hahahaha" ify fertawa, sivia cuma manyun.

mereka pun berdiri menatap langit, pandangan mereka mengantarkan balon-balon di atas sana terbang bebas menghiasi langit senja sore itu...


***

best regard
via

0 komentar:

Posting Komentar