Senin, 18 April 2011

Dia Bintang dan Aku Pengagumnya

Dia...
Aku hafal betul, betapa dia sempurna dalam detailnya
Aku faham betul, sugesti macam apa yang akan muncul terhadap tubuhku saat dengan fasih kurapal namanya
Aku bahkan terlalu kenal nama miliknya, huruf konsonan dan vokal yang menyusunnya, bisa kusebut hanya dalam satuan angin
Dia.....
Tanpa pernah alpa, aku berdoa bisa berada didekatnya untuk selalu mengingatkan bahwa, "Kamu sempurna, Tuhan begitu baik padamu."

Seperti bintang
Ia indah
Selalu memesona
Bercahaya
Tapi tak terjamah
Sungguh, tidak mungkin tergapai tangan
Lalu apa peduliku?
Selama ia masih mau menerangi malam-malamku
Menemaniku mengayam mimpi di gelap hari
Aku akan tetap mengaguminya

Ia seperti buliran debu
Berdesir, terbang berputar dalam angin, menempel pada kaca yang basah
Lantas sulit sekali lekang
Sungguh, ia begitu mudah diingat tapi setelahnya sulit sekali untuk terabai
Bagai candu, saat mengingat apapun tentangnya
Anganku seperti diajak melayang
Bagai ranjau, ia memisahkan aku dengan dunia luar
Asik dengan dimensiku
Asik dengan duniaku
Dunia, dimana hanya ada aku, dia dan rasa kagumku yang berlebih
Dunia, dimana kuizinkan diri memujinya tanpa jeda dan reda

Melihatnya, seperti melahap hijau yang sejukkan mata
Mendengar senandungnya, seperti nikmati bisikkan suara dari nirvana
Membingkai figurnya dalam satu pandangan, layaknya disodori lukisan terbaik Sang Maestro yang digurat dengan kuas emas dalam kanvas sutra
Dia selalu istimewa
Karena dia bintang dan aku pemujanya...
karena dia bintang dan aku penikmat cahayanya...

Ini bukan puisi
Bukan sajak
Terikat oleh bait-bait berima
Hanya sulaman kata yang jadi lembaran kalimat sederhana
Yang bercerita tentang...
DIA, SANG BINTANG DAN AKU PENGAGUMNYA...


*untuk Mario Stevano Aditya, bintang yang paling terang

0 komentar:

Posting Komentar