Well ini sebenarnya cerbung lama yang udah pernah gue post tahun 2010an kalo nggak salah. tapi waktu itu tulisannya masih berantakan banget, jadi iseng-iseng gue betulin tulisannya dan sedikit alurnya yang juga nggak keruan, habis itu gue repost. kalau yang ada waktu buat baca lagi, silakan dibaca lagi, kalaupun nggak ya ini kayak yang gue bilang tadi cuma sekedar iseng-isengan aja.
*
Malaikat Hidup Gue Part 2
*
Sore ini indah dengan cipratan keemasan di ufuk barat dan pulasan jingga yang menyeret setiap insan dalam ketenangan. Sore ini menakjubkan, seperti pemandangan di depan Via. Di hadapan gadis berlesung pipi itu berdiri sebatang pohon yang entah bagaimana disulap menjadi begitu menawan. Pohon itu dipasangi foto-foto Via, dalam berbagai gaya dan usia. Foto via kecil yang menggenggam arum manis raksasa, foto via dengan ekspresi kesal yang luar biasa saat ospek SMP, foto saat Via tersenyum, tertawa, membaca, makan, semua lengkap dan digantung dengan pita-pita ungu terang. Terpaan sisa-sisa cahaya mentari yang jatuh disela-sela dedaunan menambah syahdu suasana sore itu. Sedang asik-asiknya mengagumi pemandangan dihadapan Via, gadis itu dikagetkan dengan suara ledakan balon tepat di depan wajahnya. Segulung kertas jatuh dari dalam balon. Via memungut dan membuka lintingannya, gadis itu kian tersipu membaca tulisan yang menyemut rapi didalamnya.
bahkan senja paling sempurna pun tidak bisa menyaingi cantik dan menawannya kamu.
"Vin, semua ini, kamu yang buat?" Via bertanya pada pemuda jangkung di hadapannya yang tadi sempat terabai kehadirannya karena Via terlalu sibuk mengagumi pemandangan yang tertangkap kedua mata indahnya.
"hehehe," alvin hanya menyeringai, "semoga suka ya," lanjutnya.
Via mengangguk, "Banget, suka banget vin."
Alvin lantas berjalan mendekat, hingga jaraknya dengan Via hanya beberapa centimeter. Pemuda itu memagut pandangan gadisnya dengan tatapan yang sangat meneduhkan, "i love you," bisiknya lembut, "would you be mine, Via?" katanya dalam dan sungguh-sungguh.
"Vin... ini serius?"
Alvin menganggung singkat.
"Tapi aku fikir... kita kan sahabat dan... dan..."
"Apa udah ada orang lain di hati kamu?"
"Bukan gitu, tapi nggak nyangka aja kalo..."
"Aku sayang sama kamu Vi, udah lama. Aku tau kita sahabat, tapi aku rasa itu bukan masalah."
Via malah menunduk memainkan ujung-ujung kaos yang ia kenakan. Ada perasaan yang berkecamuk dalam hatinya, perasaan yang sulit dijelaskan. keraguan, ketakutan atau entah apa. Via menatap cemas pemuda di hadapannya. Alvin baik, ia sempurna, bodoh jika Via melepaskan pemuda sesempurna Alvin. Tapi benarkah Alvin adalah yang terbaik ataukah ada yang lain di tempat lain yang lebih bisa meyakinkan dan membuatnya bahagia?
Sivia terdiam sejenak, membuat alvin berdebar tak keruan.
"Gimana Vi, apa aku udah boleh dapet jawabannya?" tanya Alvin, "Tapi kalo kamu butuh waktu, aku bisa kasih kamu waktu sebanyak-banyaknya."
Via menarik napas, memantapkan hatinya. Hidup adalah pilihan dan pilihannya adalah...
"iya, vin." via mengangguk, lalu tersenyum manis.
Sedetik kemudian, Alvin memeluk via erat sekali, Via baru menyadari ternyata sejak tadi keringat dingin bercucuran membasahi tubuh pemuda itu, "makasih vi, makasih. Aku janji nggak akan kecewain kamu," lirih alvin.
Via membalas pelukan Alvin, berharap menemukan keteguhan dalam dekapan pemudanya.
Kegundahan tetap menyapa meski indah telah menjelma.
Meski tak terbaca, meski tak tersibak, tapi ada yang tak terpungkiri.
Ada cinta lain yg lebih diharapkan.
Ada ikatan lain yang telah lebih dulu menjerat hati.
Meski lagi-lagi semua hanya terungkap dalam diam.
Tak jauh dari tempat via dan alvin, sepasang mata memandang nanar pasangan baru itu, "gue nggak tau kalo rasanya bakal sesakit ini," lirih orang itu.
*
Hari ini pelajaran dikelas XI IPA 1 diawali oleh trigonometri dari bu Sasha, semua murid berusaha fokus pada rentetan akar dan rumus dihadapan mereka,tapi nihil. Trigonometri tetap tak mau singgah di otak mereka.
Semakin mereka memperhatikan, yang ada malah membuat mereka ingin buang air atau mual-mual. Setelah lolos dari trigonometri yang mematikan, pelajaran keduanya adalah fisika dengan materi cermin. Arrghh, ini tidak lebih baik. Kepala anak-anak XI IPA 1 sudah mulai berasap. Di saat-saat seperti ini bel tanda istirahat terdengar bagai nyanyian dari nirvana.
"Guys sebelum istirahat, gue minta waktunya sebentar ya," Shilla berdiri di depan kelas, memberikan pengumuman sebelum teman-temannya beranjak dari tempat duduk untuk beristirahat, "Tiga hari lagi kan ulang tahun gue. So, gue mau ngundang kalian semua datang ke party gue, dijamin seru deh, datang ya," ujar shilla diakhiri senyum manis dan lirikan penuh ari hanya ke arah rio meski yang dimaksud malah asyik dengan gadgetnya. jelas sekali bahwa gadis ini sangat mengharapkan kedatangan Rio.
*
Matahari tampaknya sedang on fire. Ia bersemangat sekali mencurahkan sinarnya pada bumi. membuat penghuninya dilanda panas dan gerah yang berlebihan, terutama yang baru selesai jam pelajaran olahraga seperti siswa-siswa kelas XI IPA 1.
Ify menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah, "Gila panasnya nyiksa ni," keluhnya.
"Ni..."
Ify menoleh, di sampingnya Rio telah duduk berselonjor, entah sejak kapan pemuda itu berada di sana. Yang paling mengherankan adalah Rio mengangsurkan sebotol minuman dingin pada Ify.
"Buat gue?" tanya Ify tak yakin.
"Iya, ambil buruan sebelum gue berubah fikiran."
Ify mengangkat bahu, "Ok. Thanks. Dalam rangka apa ni?"
"Dalam rangka gue mau minta bantuan lo."
Ify mendelik, "tu kan pasti ada maunya," gerutu Ify, "bantuan apa?"
"Gimana kalo kita pura-pura pacaran?"
"hah?" Ify terlongong.
"iya, kita pura-pura pacaran. Lo pura-pura jadi cewek gue. Lo harus mau."
"Idih maksa banget, kenapa juga gue harus mau?"
"Ya lo kan udah terima minum dari gue."
"Minuman kayak beginian doang mah gue juga bisa beli sendiri kali Yo."
"Ayolah Fy please, gue bener-bener butuh bantuan lo. Ya gue tau mungkin lo bingung, untuk saat ini gue nggak bisa cerita banyak tapi nanti gue pasti jelasin semuanya. Intinya karena satu dan lain hal gue nggak nyaman sama cewek-cewek Citra Bangsa yang yaaa bisa dibilang terlalu welcome sama kedatangan gue, lo ngerti kan maksudnya? Gue minta tolong banget Fy," Rio menelungkupkan kedua tangannya di depan dada, memohon dengan sangat pada gadis manis yang kebingungan di hadapannya.
"Iya gue ngerti, lo minta gue pura-pura jadi pacar lo supaya cewek-cewek yang deketin lo mundur dan ngejauh karena lo risih sama mereka, gitu kan? Tapi kenapa harus gue sih Yo, kenapa nggak lo pilih satu cewek yang emang suka sama lo, Shilla misalnya. Gue yakin lo nggak buta, lo pasti tau kalo Shilla suka sama lo kan dan gue rasa dia juga nggak akan nolak bantuin lo," usul Ify.
"Justru gue nggak mau, karena kalo gue pura-pura pacaran sama Shilla atau cewek lain yang suka sama gue, gue cuma bakal nyakitin mereka. Gue butuh yang kayak elo, yang cuek, yang nggak suka sama gue."
"Terus untungnya buat gue apa?"
"Gue tau lo bukan tipe orang yang perhitungan, please Fy bantuin gue."
"Sampai kapan sandiwara pacaran itu bakal berlangsung?"
Sampai gue bisa lupain masa lalu gue dan kayaknya akan sangat lama, batin Rio sedih
"Nggak akan lama," itulah jawaban yang dipilih Rio, untuk sementara biarlah ia bohongi Ify yang terpenting saat ini adalah bagaimanapun caranya Ify harus mau membantu Rio, "Gimana lo mau kan?"
Ify lagi-lagi mengendikkan bahu, "Ya, Ok lah. Gue bantu. tapi janji ya nggak akan lama dan semua konsekuensinya lo yang tanggung."
"Deal?"
"Deal."
*
Rio terdiam di balkon kamarnya, menatap hamparan bintang yang berpedar mengelilingi sang bulan, semilir angin menyentuh lembut kulit dan ujung-ujung rambutnya. Menikmati malam dengan gelap dan kesunyiannya, membuat rasa rindu terhadap sosok lama itu muncul kembali.
"Udah lah, Ka. Kita punya cita-cita, aku nggak mau hubungan kita akan menghambat mimpi-mimpi kita. Berjuanglah di sana, Kak, karena aku juga akan berjuang dengan hidupku di sini. Aku akan baik-baik saja."
Kalimat Ara lengkap dengan suaranya yang lembut dan senyum penenangnya mengusik renungan Rio. Kenangan tentang Ana bagai kaset yang diputar secara otomatis di kepalanya, secara terus menerus dan berulang-ulang. Entah harus dengan cara apalagi Rio menghapus kengangan itu, melupakan gadisnya, merelakan cintanya pergi, tentu bukan hal yang mudah. Senyum Ana, tatapannya, perhatiannya, wajahnya semua seakan memaksa masuk berjejalan di fikiran rio.
"aarrghhh" erang rio sambil mengacak rambutnya, "sampai kapan Ra, sampai kapan gue kayak gini?"
*
Pagi ini Citra Bangsa SEnior High School sudah sangat ramai. Semua anak seperti digiring berkumpul di lapangan basket. Suara tepuk tangan dan teriakan riuh rendah berdengung di mana-mana. Ternyata senior tim basket sekolah sedang mengadakan seleksi untuk memilih kapten baru untuk tim basket putra Citra Bangsa.
Gabriel, alvin, dan rio mengikuti seleksi tersebut, mereka sangat antusias dan berusaha semaksimal mungkin mengeluarkan kemampuan terbaik dalam mengolah bola. Penonton yang kebanyakan terdiri dari para siswi rela berpanas-panas ria, dijemur di bawah guyuran cahaya matahari hanya untuk menyaksikan aksi para pebasket terbaik Citra Bangsa.
Setelah seleksi selesai, Gabriel, Alvin dan Rio memutuskan untuk pergi ke kantin, karena pengumuman siapa ketua tim basket yang baru akan diumumkan satu jam ke depan. Saat memasuki kantin, ketiganya mengedarkan pandangan ke segala penjuru mencari tempat yang layak dan masih kosong untuk ditempati. Kebetulan hanya ada tiga bangku tersisa di depan Ify dan Via, kedua sobat ini tampaknya sedang bersemangat menyantap makanan masing-masing.
"di sana aja yuk," ajak Alvin bersemangat.
Gabriel dan Rio hanya mengangguk patuh lantas mengikuti Alvin yang berjalan lebih dulu.
"Hai Via," sapa Alvin ramah, "kita gabung ya kosong kan?"
"Ciyee mentang-mentang ya pasangan baru, yang disapa Via aja ni? gue nggak?" seloroh Ify.
"Apa sih Fy, lebay deh," Via menyenggol pelan Ify dengan sikunya, wajah gadis itu semu memerah.
"PJ bisa kali Vin, Vi."
"Iya iya, tapi jangan bikin gue bangkrut Fy. Lo kan biasanya kalo makan nggak kira-kira," balas Alvin.
"Badan begang gitu emang iya makannya banyak?" cela Rio dengan ekspresi tak percaya.
"nggak usah sok-sok ngatain gue begang deh, lo nggak punya kaca apa?"
"Tapi lo lebih begang kali Fy dari gue, badan kok kayak sapu lidi."
"Lo tu ya, jarang ngomong sekalinya ngomong bikin emosi. lagian ya tolong dicatat, badan gue tu badan model kali, tinggi langsing" bela ify.
Rio tidak membalas hanya melempari Ify dengan kulit kacang.
"Udah jangan pada ribut deh lo berdua, saling suka tau rasa deh," komentar Gabriel.
Rio tersenyum tipis kemudian melirik singkat gadis yang sebentar lagi akan menjadi "pacarnya".
"eh vi, itu ada kotoran di pipi kamu," kata alvin sambil menghapus lelehan coklat di sudut bibir via.
"gue cabut duluan ya," tiba-tiba Gabriel bangkit dari kursinya dan bergegas untuk pergi, tapi belum sempat melangkah jauh ia merasakan pusing yang teramat. Kepalanya serasa dilempari puluhan batu. ia terduduk kembali, menunduk seraya meremas rambut.
"aarrghh," erangnya. Wajah Gabriel memerah yang tidak ada hubungannya dengan cuaca panas di sekitarnya, rahang pemuda itu mengeras menahan sakit.
"lo kenapa, Gab?" tanya alvin cemas.
"Gabriel hidung kamu berdarah," imbuh Via tak kalah kalut.
via dengan cepat menghampiri Gabriel, mengeluarkan sapu tangannya dan perlahan menghapus darah segar yang mengalir dari hidung Gabriel. Saat ini, dengan posisi sedekat ini, Gabriel bisa dengan jelas menatap dua bola mata indah itu, "jangan via, aku mohon jangan nangis," batin Gabriel khawatir melihat selaput bening yang terpeta pada sepang bola mata Via.
"tolong cariin es batu, Fy," perintah Via.
Ify pun dengan sigap langsung berlari, tak berapa lama gadis itu kembali dengan sebalok es batu ditangannya, "nih" katanya dengan napas terengah.
"Ya Tuhan, Ify, lo kira Gabriel mau jualan es campur, yang kecilan aja kali nggak usah sebalok gini," Rio sangat gemas melihat kelakuan ajaib Ify, gadis ini benar-benar langka.
"biar cepet mampet, Rioooo."
"udah-udah, fy. Gue nggak apa-apa, udah berenti kok mimisannya," kata iel sambil memegangi sapu tangan via di bawah hidungnya.
"lo sakit Gab?" tanya alvin.
"nggak kok, paling karena panas banget aja ni cuacanya," balas Gabriel santai.
"yaudah, balik aja yuk, lo naik mobil gue aja. motor lo, tinggal aja di sekolah," ajak alvin yang masih memasang wajah cemas.
"iya, pulang gih, ntar hasil seleksinya, gue smsin lo berdua," kata rio.
Gabriel menurut, alvin memapahnya perlahan. saat melewati sivia, gabriel menatapnya sekilas, gadis itu hanya menunduk.
"aku duluan ya vi" pamit alvin, tangan kirinya mengacak poni kekasihnya.
*
PANTI ASUHAN KASIH BUNDA
Kesinilah Gabriel mengajak via jalan-jalan sore ini, pemuda itu sudah nampak lebih sehat pasca insiden mimisan tadi siang. tadinya Alvin juga ingin ikut bersama Gabriel dan Via, hanya saja pemuda itu sudah ada janji dengan klub fotografernya. Sejenak via bingung, tumben sekali Gabriel mengajaknya ke tempat seperti ini. Biasanya taman ria, pasar malam atau yang paling mainstream adalah mall dan bioskop. Pemuda ini memang sangat payah kalo urusan mencari tempat jalan.
"ayo, vi" Gabriel membukakan pintu mobilnya untuk via.
"tempat apaan sih ini?"
"panti untuk anak-anak penderita kanker."
"kanker? trus kenapa kamu ajak aku kesini? " tanya via.
Gabriel tidak menjawab, ia hanya tersenyum dan membimbing via masuk dengan menggandeng jemari gadis itu. Gabriel tau ini salah, tapi ia nyaman menikmati jalaran rasa hangat yang memenuhi rongga dadanya saat jemarinya bertaut dengan milik Via, ya Via, gadis saudaranya. Entah pengkhiannatan macam apa ini.
Saat memasuki halaman bangunan bercat hijau muda itu, Gabriel dan via disambut senyum hangat anak-anak penghuni panti, mereka sangat ceria, tak akan ada yang menyangka bahwa sosok-sosok kecil ini mungkin esok atau lusa akan pergi meninggalkan dunia. Semangat dan kebersamaan menghiasi setiap sudut tempat ini.
"kak Gabriieeelll," sapa seorang gadis kecil berkuncir ekor kuda yang datang menyongsong kedatangan Gabriel dengan berlari.
"eh Aren" Gabriel berjongkok, mengecup penuh sayang puncak kepala Aren.
"kakak kemana aja? Kok nggak pernah kesini?" tanya aren.
"kakak sibuk sama sekolah, sayang. Eh iya kenalin, ini teman kakak," kata Gabriel.
"hai aren, aku via" ujar via sambil mengulurkan tangannya.
"Hallo kak, aku Aren. kak via cantik ya, kak?" puji Aren seraya menarik-narik ujung baju Gabriel.
Gabriel mengangguk setuju.
"aren juga cantik," balas via.
"kakak pasti putri cantiknya kak gabriel ya?" tanya aren.
"putri cantik?" tanya via bingung.
"ssttt, aren itu kan rahasia kita," sela gabriel.
"oh iya, hehe," Aren menyeringai, ekh kakak-kakak main yuk teman-teman pasti seneng kalo tau kakak datang, apalagi bawa teman baru, ayuk kak," aren menarik tangan via dan Gabriel, "teman-teman coba tebak, siapa yang datan?" seru aren.
"KAK GABRIEELLL!!!" koor anak-anak seraya berlarian kearah Gabriel.
"kakak, aku kangen."
"kak apa kabar?"
"kakak kemana aja?"
semua anak terlihat sangat dekat dan menyayangi Gabriel. Via yang pada dasarnya memang menyukai anak kecil, jadi cepat akrab dengan mereka. Kekagumannya terhadap sosok Gabriel tanpa ia sadari mulai tumbuh. Di balik sosoknya yang slengekan, jayus, nggak romantis dan kadang seenaknya, ternyata Gabriel bisa begitu diidolakan oleh anak-anak, bahkan anak-anak penderita kanker. Diajak kemari oleh Gabriel juga membuat Via begitu bersyukur atas hidupnya yang nyaris sempurna. Via tersenyum... "semangat via!" tekadnya dalam hati.
"hei,senyum-senyum sendiri." tegur iel.
"kamu udah sering kesini ya?"
Gabriel mengangguk, "tau nggak kenapa kamu aku ajak kesini?"
Via menggeleng pelan.
"Suatu saat kalo kamu sedih, kamu ngerasa hidup yang harus kamu lalui terlalu berat, kamu ingat lagi hari ini. kamu ingat gimana perjuangan anak-anak di sini melawan penyakit mereka. kamu ingat gimana semangat mereka buat sembuh. manusia nggak pernah benar-benar punya alasan buat sedih, Vi, kalau semua diahadapi dengan senyum dan semangat. itu yang aku pelajari dari anak-anak di sini." papar gabriel panjang lebar, "jadi kalo lagi berantem sama pacar baru kamu, jangan pake galau-galau segala ya," goda Gabriel ditambah senyum usil.
"Ih apa siiiihh jayus deh," Via menjulurkan lidah, "sayang ya Alvin nggak bisa ikut kita kesini. sok sibuk tu bocah," lanjutnya menggerutu.
Gabriel tersenyum masam, "kamu tau Vi? aku sakit."
"Hah? maksudnya?"
Gabriel lagi-lagi tidak menjawab, membiarkan pertanyaan Via menggantung begitu saja. ia malah berdiri dan menggendong aren di punggungnya, "kita nyanyi sama-sama yuk" ajak Gabriel yang meninggalkan Via berikut pertanyyannya seorang diri.
Via tergugu, menatap punggung Gabriel yang menjauh.
*
Seperti biasa, kelas XI ipa 1, sepagi ini sudah ramai, makhluk-makhluk penghuninya sudah berkicau ngalor ngidul nggak jelas arah dan tujuannya. Ify berjalan ringan menyusuri barisan meja dan kursi di kelas, menuju tempat duduknya. betapa jengkelnya gadis itu melihat Rio si cowok mulut cabe (julukan terkini Ify untuk Rio) sudah duduk manis di tempat Via.
"ngapain lo duduk disini? kemarin kan udah gue usir, ini kursi Via tau. ngerti bahasa indonesia nggak sih lo?"
"Yaelah, nyerocos aja, bawel!" sentak Rio, "Sobat lo, si via noh duduk sama pacarnya. kalo nggak disini, lo mau nyuruh gue duduk dimana? lo mau gue lesehan gitu?" rio sewot.
Ify merengut, "lo tu emang bener-benernya, ngeselin klimaks!!!" Ify membanting tasnya lalu duduk dengan kedua tangan terlipat di dada dan bibir mengerucut beberapa centi.
"lo tu yang ngeselin, mak lampir," balas rio tak mau kalah.
"lo kan yang ngajarin."
"lo kan guru gue."
"pokoknya lo lebih ngeselin."
"lo lebih lebih ngeselin."
"lo lebih amat sangat ngeselin."
"lo teramat sangat lebih ngeselin sekali."
"elo...."
"DIAAAMMM!!!"
karena teriakan Pak Arief guru bahasa Indonesia yang entah sejak kapan sudah hadir dalam kelas, adu mulut antara Ify dan Rio terpaksa harus dipending. keduanya kemudian duduk sambil saling menyikut dan injak-injakkan kaki.
"selamat pagi anak-anak," sapa pak arief berwibawa.
"selamat pagi, pak" koor anak-anak.
"ok, seperti telah bapak sampaikan sebelumnya, hari ini kita akan praktek membacakan puisi yang telah kalian buat masing-masing dengan tema bebas. Bapak akan memanggil secara acak, untuk yang pertama, Mario.. silakan!"
rio berjalan ke depan kelas, ia menatap ke arah teman-temannya, menarik nafas sejenak...
Hilang..
Terhenti..
Hanya ingin menepi sejenak, setelah lelah ku berlari.
Menjauh dari sebuah masa yang terus mengejarku.
Semua usai, terhenti tanpa pernah diingini.
Letih...
jalan yg kulalui terlalu panjang untuk ditempuh sendiri.
Arahnya, membendung langkahku.
Likunya mengubur tawaku, merenggut senyumku.
Habis sudah semua terkikis takdir-Mu.
Tapi perihnya tak akan hilang ditelan guliran waktu.
Prok-prok-prok
semua anak memberi applause untuk puisi rio.
"bagus rio, selanjutnya Danang, silakan maju!!!" lanjut pak arief.
CINTA..
Danang mulai membacakan judul puisinya.
Luka-luka-luka
yang kurasakan
bertubi-tubi-tubi
engkau berikan
Cintaku bertepuk sebelah tangan,
tapi aku balas senyum keindahan.
Bertahan satu cinta
bertahan satu
C.I.N.T.A
"kayaknya gue tau deh puisi ini," celetuk rizky yang duduk disebelah daud.
"WOII penyair gagal, itu mah lagunya d'bagindas dodol," seru daud.
"sstt, diem aja sih lo, berisik," Danang memelototi Daud.
"sudah sudah, danang duduk dan perbaiki puisi kamu."
Pembacaan puisi karya masing-masing siswa terus berlanjut, adanya puisinya begitu indah dan menyentuh, ada yang ambigu antara membuat puisi atau cerpen, ada yang tidak nyambung dan sebagainya, "dan untuk pembaca puisi terakhir, silakan saudara Gabriel."
mampus gue, kebagian pula. mana belum buat puisinya. alamat ngarang bebas ini sih, batin gabriel
"gabriel, mana kertas puisi kamu?"
"saya sudah hafal pak," jawab gabriel berbohong.
"baiklah, silakan kalau begitu."
aku...
sedikit lelah, karena bertahan sendiri
tapi tak berniat untuk menyerah
selama bunga masih merekah
mentari bersinar cerah
aku tak ingin pergi
aku tak ingin berhenti
mereka, orang-orang terkasihku
telah kah mereka sadari?
telahkah mereka pahami?
hilangnya tawaku
hilangnya semangatku
hilangnya peganganku
atau memang hanya aku yang menyadarinya???
tapi biarlah,
karena selayaknya mereka tak perlu
tentang aku,
tentang kerapuhanku,
tentang sebenarnya aku...
puisi itu mengalir begitu saja dari mulut iel, tapi rangkaian kata sederhana itu ternyata mampu membius semua orang dalam ruangan kelas. benar jika orang berkata, yang betul-betul dari hati akan lebih terasa maknanya. seperti puisi gabriel tadi, curahan isi hatinya. setelah dirasa usai dengan puisi dadakannya, gabriel membungkuk memberi salam tapi seisi kelas masih saja terdiam, hening.
waduh ,puisi gue kayaknya ancur banget deh, sampai pada shock gini, batin gabriel.
"SEKIAN DAN TRIMAKASIH" teriak Gabriel, mengagetkan semuanya.
"Oh ya ya, bagus gabriel, bagus." puji pak arief.
"Hah?" Gabriel tampak bingung, bagaimana mungkin puisi seabsurd itu bisa dibilang bagus, dimana letak kebagusannya, "Makasih pak," ujarnya seraya berjalan menuju kursinya.
***
best regard
via
Kamis, 18 April 2013
Senin, 15 April 2013
My 2012
Haha well, judulnya agak drama ya… tapi biarlah, semua orang TAU gue paling parah kalo urusan ngasih judul. Yang nggak tau akan hal itu berarti belum mengenal gue. Hmm…
Di postingan ini gue nggak mau sok-sok bikin puisi romantis yang jatohnya malah lebay. Gue cuma mau cerita sedikit tentang suka duka gue di tahun 2012. Kenapa sedikit?? Ya sesuai sama kapasitas otak gue yang emang nggak bisa menyimpan banyak hal.
Flashback kayak gini mungkin akan jauh lebih afdol kalo dilakuin pas last day of the year ya, tapi berhubung 31 desember 2012 kemarin gue sakit dan seharian tergelepak di kasur dengan kepala serasa abis dilemparin puluhan barbelnya Agung Hercules, jadilah baru sempet ngeflashback tadi subuh ditemani Januarinya Glenn Fredly.
2012 itu…. emm dengan elegan gue bakal mengutip jargonnya Syahrini, 2012 itu sesuatu guys, amat sangat cetar membahana. Salah satu tahun terbaik yang gue lalui selama belasan tahun hidup di dunia yang penuh sandiwara ini. Ada manis, asem, asin, pahit sampe hot… lengkap banget pokoknya.
Gue masih sangat ingat, awal tahun lalu ditanya sama temen, “Apa resolusi tahun 2012 kamu?”
Dan dengan memasang raut wajah yang sangat bijak, gue menjawab, “Cuma berharap semua bisa lebih baik dari tahun lalu aja, sisanya biar tangan Allah yang mengaturnya buat gue.”
H4h4h4… jawaban klise. Bilang aja nggak punya proposal hidup, bilang aja nggak tau harus apa dan gimana ke depannya, makanya nggak punya resolusi tahun baru.
Lepas dari punya resolusi ataupun nggak, toh gue tetep harus jalanin hari demi hari yang baru di tahun 2012. Awal-awal tahun, gue disibukkan (yang ini beneran sibuk bukan sok sibuk kayak biasanya) dengan prepare Ujian Nasional. Saat itu yang ada di otak gue cuma belajar-belajar-belajar-belajar dan Rio *tetep*. Haaah you know? rasanya setelah Ujian Nasional gue berencana nggak bakal baca buku lagi selama beberapa tahun ke depan. Asli, udah muak banget. Persiapan Ujian Nasional bagi gue itu ibarat lo terus-terusan disuapin padahal udah kekenyangan dan biar nggak dimuntahin bibir lo dilem pake powerglue. Sakit bro, sist, sakiiiit banget, dan yang lebih menyakitkan segenap perasaan adalah saat itu gue yang emang lagi seneng-senengnya nulis terpaksa harus vakum demi focus UN dan SNMPTN. Alhasil, sekarang walaupun kecintaan gue pada dunia tulis-menulis lebih besar dari pada rasa suka gue sama buah apel *apainiiiiiiiii* tetep aja gue kehilangan feelnya. Kemampuan menulis gue entah nyelip di bagian otak yang mana. Dan gue sedih. Sedih benget. Jadi gue mohon, untuk beberapa oknum yang sering nodong Rahasia Orion atau cerpen-cerpen baru, pahamilah gue *assiikk*. Kalian semua nggak tau kan itu bikin sedih, kadang bikin pengen nangis dan lari dari kenyataan hidup --".
Ok back to the story, setelah persiapan yang menguras semua yang gue punya, Ujian Nasional pun datang *jengjengjeeeng*. Gue nggak takut, gue nggak gugup, gue udah merasa siap, walaupun UN pertama bahasa Indonesia dan gue nggak belajar *janganditiruAdik-adik*, overall gue udah yakin banget, tapi anehnya gue nangis di hari pertama Ujian Nasional. Gue nangis, memalukan, sebagai anak gaul yang strong gue merasa gagal. Kenapa nangis? Ya….. pengen aja sih. Masalah?
Habis UN, nggak inget hari apa tepatnya (kayak yang gue bilang tadi kapasitas otak gue buat mengingat sangat minim), tiba waktunya pengumuman kelulusan dan…… gue lulus. Lulus.
Nilai-nilai hasil UN juga memuaskan. Mata pelajaran bahasa Indonesia dan biologi sesuai target diatas 9 (Alhamdulillah akhirnya gue bisa meyakinkan diri gue sendiri kalo otak gue masih berjalan dengan baik), dan nilai MTK…. aaaaa….. tolong tampar gue! Tampar! Nilai MTK bener-bener diluar ekspektasi, 9,25, aaaaa inilah saat yang paling tepat buat gue bilang WOW, senengnya kayak abis ketemu Daniel Radcliffe. Yang baca postingan ini boleh tepuk tangan. Ayo cepet tepuk tangan!! *nodonginpiso*. Walaupun gue sampai detik ini masih penasaran, nilai segitu gue dapet entah karena hasil belajar atau jawaban yang gue buletin sambil merem itu bener semua. Hanya Allah SWT yang tau.
Dan kasih sayang Allah buat gue nggak cuma sampe situ, Dia kasih gue kejutan lain, lulus SNMPTN Undangan. Asik kan, asik banget lah bro, sist, masuk PTN tanpa test pula. Waktu itu dengan caps menyala-nyala temen yang gue mintain tolong buat check hasil SNMPTN Undangan gue, nge-sms
NOVIAAAA… LOLOOOOOS. DUH ENVY, ENVY…. CIYEE ANAK UPI DONG SEKARANG.
Kurang lebih gitu smsnya, kalo kurang ya gue lebih-lebihin sendiri.
Sebenernya sih, gue agak kecewa sama jurusannya, pengennya sih pendidikan Biologi UPI atau Teknik Pangan UNS, tapi ya gue sadar kok hidup itu nggak seindah mata gue *plototinyangprotes* dan nggak semua bisa sesuai sama harapan. Next, karena udah masuk PTN nih ya, jadilah kerjaan gue dirumah cuma 3, pertama nonton dvd korea,kedua nonton TV, ketiga nontonin layar HP. Kurang sibuk apa gue?
Tapi karena bosen, entah dengan tekat apa nekat, gue bilang sama Mamah, gue pengen kerja sambil nunggu masuk kuliah yang masih sekitar 2 bulanan lagi. Setelah interview, besoknya gue langsung bisa masuk. Jadi di tahun 2012, gue sempet juga tu ngerasain capeknya kerja. Nah yang suka ngatain gue kayak anak kecil, manja, gue tanya lo udah pernah cari duit sendiri belum?
Gue bangga pernah ngasih sesuatu buat keluarga dari uang yang bener-bener hasil jerih payah gue sendiri *lapkeringet*. Gue bangga pernah kerja, dibanding anak-anak lain yang habis lulus malah gentayangan nggak jelas sama temen-temen, ngabisin duit apalagi sama anak-anak lulusan SMA yang kerjaannya ngebangke di rumah, paling nggak waktu gue lebih bermanfaat. Selain materi, gue juga dapet temen, pengalaman dan ilmu baru. Dan ketika ada yang bilang kerja itu nggak gampang, cari uang tu susah, yap gue udah pernah rasain itu.
Di tahun 2012 ini juga pertama kali gue ngalamin di OSPEK, salah satu pengalaman yang nggak akan pernah gue lupain. OSPEK itu seru, seru bangeettt, kakak-kakak panitianya juga baik dan manis-manis (maafin aku ya Allah, aku bohong :( ), yang paling sweet ngalahin film Titanic adalah pas OSPEK karena rumah gue jauh dari kampus tercinta, gue mesti nyubuh dan temen-temen mau nunggu gue yang super lelet ini padahal kalo telat hukumannya ceribel (baca:istimewa) banget lah. Saat gue mulai pakai jas almamater UPI, saat itu juga gue kayak ditampar sama Pretty Asmara, gue baru sadar kalo IYA-SEKARANG-GUE-MAHASISWA. Putih Abu-abu gue udah selesai. Masa-masa sama IPA 6 udah abis. Sekarang kita harus berjuang sendiri-sendiri. Pilih setapak masing-masing *tissumanatissuu*. Nggak ada lagi teriak-teriak nagihin uang kas, nggak ada lagi smsan pas UAS, nggak ada lagi ngeceng-cengin adik kelas ganteng. Pisah sama temen-temen lama dan ketemu sama orang-orang baru. Lama ataupun baru, sama aja, mereka semua baik dan gue sayang mereka.
Kalo tahun sebelumnya pas ulang tahun gue masih sama-sama anak-anak IPA 6 dan sepatu gue diumpetin, tahun ini gue rayain bareng kelas baru gue, kelas kesayangan gue, satu B. makasih banyak kuenya, makasih tepungnya, dan buat kakak makasih banyak ucapannya (walaupun nggak tau ya itu ngucapin karena emang ikhlas apa karena disuruh aja) hahaha. Unforgettable pokoknya.
Menurut gue secara keseluruhan 2012 gue banyak banget manisnya. Gue bersyukur, sekaligus takut. Takut kalo yang manis-manis itu bikin gue makin manja dan nggak dewasa. Gue takut nggak siap menghadapi 2013 yang entah kayak apa nantinya. Tapi gue harus berani. Gue punya Ayah sama Mamah terbaik sedunia, gue punya Adik-adik yang lucu, gue punya temen-temen yang luar biasa dan gue punya Allah yang nggak akan pernah biarin gue melangkah sendirian.
Thankfulll to God, untuk 2012 yang sangat mengagumkan. Terimakasih untuk setiap kemudahan yang diberikan. Terimakasih untuk setiap doa yang terkabul di tahun ini. Akhirnya, tahun 2012 kemarin gue tutup dengan…..bobo cantik nan elegan seharian. Anti klimaks abis.
Untuk 2013, semoga segalanya akan jadi lebih baik, semoga mimpi yang belum jadi nyata di tahun lalu, bisa gue capai di tahun ini. Semoga selalu diberi kesehatan dan keberkahan. Semoga masih diberi kesempatan bertemu dengan 1 januari 2014 bersama anggota keluarga yang lengkap, teman-teman yang semakin banyak dan seseorang yang gue sayang karena Allah.
So many people said this 2013, wouldn’t be nice ‘cause that’s a bad number. HA-HA. c’mon don’t be stupid people guys. Let’s create the best destination for us to guess the best destination from God. Bad or Nice? Isn’t about a number.
best regard
via
Di postingan ini gue nggak mau sok-sok bikin puisi romantis yang jatohnya malah lebay. Gue cuma mau cerita sedikit tentang suka duka gue di tahun 2012. Kenapa sedikit?? Ya sesuai sama kapasitas otak gue yang emang nggak bisa menyimpan banyak hal.
Flashback kayak gini mungkin akan jauh lebih afdol kalo dilakuin pas last day of the year ya, tapi berhubung 31 desember 2012 kemarin gue sakit dan seharian tergelepak di kasur dengan kepala serasa abis dilemparin puluhan barbelnya Agung Hercules, jadilah baru sempet ngeflashback tadi subuh ditemani Januarinya Glenn Fredly.
2012 itu…. emm dengan elegan gue bakal mengutip jargonnya Syahrini, 2012 itu sesuatu guys, amat sangat cetar membahana. Salah satu tahun terbaik yang gue lalui selama belasan tahun hidup di dunia yang penuh sandiwara ini. Ada manis, asem, asin, pahit sampe hot… lengkap banget pokoknya.
Gue masih sangat ingat, awal tahun lalu ditanya sama temen, “Apa resolusi tahun 2012 kamu?”
Dan dengan memasang raut wajah yang sangat bijak, gue menjawab, “Cuma berharap semua bisa lebih baik dari tahun lalu aja, sisanya biar tangan Allah yang mengaturnya buat gue.”
H4h4h4… jawaban klise. Bilang aja nggak punya proposal hidup, bilang aja nggak tau harus apa dan gimana ke depannya, makanya nggak punya resolusi tahun baru.
Lepas dari punya resolusi ataupun nggak, toh gue tetep harus jalanin hari demi hari yang baru di tahun 2012. Awal-awal tahun, gue disibukkan (yang ini beneran sibuk bukan sok sibuk kayak biasanya) dengan prepare Ujian Nasional. Saat itu yang ada di otak gue cuma belajar-belajar-belajar-belajar dan Rio *tetep*. Haaah you know? rasanya setelah Ujian Nasional gue berencana nggak bakal baca buku lagi selama beberapa tahun ke depan. Asli, udah muak banget. Persiapan Ujian Nasional bagi gue itu ibarat lo terus-terusan disuapin padahal udah kekenyangan dan biar nggak dimuntahin bibir lo dilem pake powerglue. Sakit bro, sist, sakiiiit banget, dan yang lebih menyakitkan segenap perasaan adalah saat itu gue yang emang lagi seneng-senengnya nulis terpaksa harus vakum demi focus UN dan SNMPTN. Alhasil, sekarang walaupun kecintaan gue pada dunia tulis-menulis lebih besar dari pada rasa suka gue sama buah apel *apainiiiiiiiii* tetep aja gue kehilangan feelnya. Kemampuan menulis gue entah nyelip di bagian otak yang mana. Dan gue sedih. Sedih benget. Jadi gue mohon, untuk beberapa oknum yang sering nodong Rahasia Orion atau cerpen-cerpen baru, pahamilah gue *assiikk*. Kalian semua nggak tau kan itu bikin sedih, kadang bikin pengen nangis dan lari dari kenyataan hidup --".
Ok back to the story, setelah persiapan yang menguras semua yang gue punya, Ujian Nasional pun datang *jengjengjeeeng*. Gue nggak takut, gue nggak gugup, gue udah merasa siap, walaupun UN pertama bahasa Indonesia dan gue nggak belajar *janganditiruAdik-adik*, overall gue udah yakin banget, tapi anehnya gue nangis di hari pertama Ujian Nasional. Gue nangis, memalukan, sebagai anak gaul yang strong gue merasa gagal. Kenapa nangis? Ya….. pengen aja sih. Masalah?
Habis UN, nggak inget hari apa tepatnya (kayak yang gue bilang tadi kapasitas otak gue buat mengingat sangat minim), tiba waktunya pengumuman kelulusan dan…… gue lulus. Lulus.
Nilai-nilai hasil UN juga memuaskan. Mata pelajaran bahasa Indonesia dan biologi sesuai target diatas 9 (Alhamdulillah akhirnya gue bisa meyakinkan diri gue sendiri kalo otak gue masih berjalan dengan baik), dan nilai MTK…. aaaaa….. tolong tampar gue! Tampar! Nilai MTK bener-bener diluar ekspektasi, 9,25, aaaaa inilah saat yang paling tepat buat gue bilang WOW, senengnya kayak abis ketemu Daniel Radcliffe. Yang baca postingan ini boleh tepuk tangan. Ayo cepet tepuk tangan!! *nodonginpiso*. Walaupun gue sampai detik ini masih penasaran, nilai segitu gue dapet entah karena hasil belajar atau jawaban yang gue buletin sambil merem itu bener semua. Hanya Allah SWT yang tau.
Dan kasih sayang Allah buat gue nggak cuma sampe situ, Dia kasih gue kejutan lain, lulus SNMPTN Undangan. Asik kan, asik banget lah bro, sist, masuk PTN tanpa test pula. Waktu itu dengan caps menyala-nyala temen yang gue mintain tolong buat check hasil SNMPTN Undangan gue, nge-sms
NOVIAAAA… LOLOOOOOS. DUH ENVY, ENVY…. CIYEE ANAK UPI DONG SEKARANG.
Kurang lebih gitu smsnya, kalo kurang ya gue lebih-lebihin sendiri.
Sebenernya sih, gue agak kecewa sama jurusannya, pengennya sih pendidikan Biologi UPI atau Teknik Pangan UNS, tapi ya gue sadar kok hidup itu nggak seindah mata gue *plototinyangprotes* dan nggak semua bisa sesuai sama harapan. Next, karena udah masuk PTN nih ya, jadilah kerjaan gue dirumah cuma 3, pertama nonton dvd korea,kedua nonton TV, ketiga nontonin layar HP. Kurang sibuk apa gue?
Tapi karena bosen, entah dengan tekat apa nekat, gue bilang sama Mamah, gue pengen kerja sambil nunggu masuk kuliah yang masih sekitar 2 bulanan lagi. Setelah interview, besoknya gue langsung bisa masuk. Jadi di tahun 2012, gue sempet juga tu ngerasain capeknya kerja. Nah yang suka ngatain gue kayak anak kecil, manja, gue tanya lo udah pernah cari duit sendiri belum?
Gue bangga pernah ngasih sesuatu buat keluarga dari uang yang bener-bener hasil jerih payah gue sendiri *lapkeringet*. Gue bangga pernah kerja, dibanding anak-anak lain yang habis lulus malah gentayangan nggak jelas sama temen-temen, ngabisin duit apalagi sama anak-anak lulusan SMA yang kerjaannya ngebangke di rumah, paling nggak waktu gue lebih bermanfaat. Selain materi, gue juga dapet temen, pengalaman dan ilmu baru. Dan ketika ada yang bilang kerja itu nggak gampang, cari uang tu susah, yap gue udah pernah rasain itu.
Di tahun 2012 ini juga pertama kali gue ngalamin di OSPEK, salah satu pengalaman yang nggak akan pernah gue lupain. OSPEK itu seru, seru bangeettt, kakak-kakak panitianya juga baik dan manis-manis (maafin aku ya Allah, aku bohong :( ), yang paling sweet ngalahin film Titanic adalah pas OSPEK karena rumah gue jauh dari kampus tercinta, gue mesti nyubuh dan temen-temen mau nunggu gue yang super lelet ini padahal kalo telat hukumannya ceribel (baca:istimewa) banget lah. Saat gue mulai pakai jas almamater UPI, saat itu juga gue kayak ditampar sama Pretty Asmara, gue baru sadar kalo IYA-SEKARANG-GUE-MAHASISWA. Putih Abu-abu gue udah selesai. Masa-masa sama IPA 6 udah abis. Sekarang kita harus berjuang sendiri-sendiri. Pilih setapak masing-masing *tissumanatissuu*. Nggak ada lagi teriak-teriak nagihin uang kas, nggak ada lagi smsan pas UAS, nggak ada lagi ngeceng-cengin adik kelas ganteng. Pisah sama temen-temen lama dan ketemu sama orang-orang baru. Lama ataupun baru, sama aja, mereka semua baik dan gue sayang mereka.
Kalo tahun sebelumnya pas ulang tahun gue masih sama-sama anak-anak IPA 6 dan sepatu gue diumpetin, tahun ini gue rayain bareng kelas baru gue, kelas kesayangan gue, satu B. makasih banyak kuenya, makasih tepungnya, dan buat kakak makasih banyak ucapannya (walaupun nggak tau ya itu ngucapin karena emang ikhlas apa karena disuruh aja) hahaha. Unforgettable pokoknya.
Menurut gue secara keseluruhan 2012 gue banyak banget manisnya. Gue bersyukur, sekaligus takut. Takut kalo yang manis-manis itu bikin gue makin manja dan nggak dewasa. Gue takut nggak siap menghadapi 2013 yang entah kayak apa nantinya. Tapi gue harus berani. Gue punya Ayah sama Mamah terbaik sedunia, gue punya Adik-adik yang lucu, gue punya temen-temen yang luar biasa dan gue punya Allah yang nggak akan pernah biarin gue melangkah sendirian.
Thankfulll to God, untuk 2012 yang sangat mengagumkan. Terimakasih untuk setiap kemudahan yang diberikan. Terimakasih untuk setiap doa yang terkabul di tahun ini. Akhirnya, tahun 2012 kemarin gue tutup dengan…..bobo cantik nan elegan seharian. Anti klimaks abis.
Untuk 2013, semoga segalanya akan jadi lebih baik, semoga mimpi yang belum jadi nyata di tahun lalu, bisa gue capai di tahun ini. Semoga selalu diberi kesehatan dan keberkahan. Semoga masih diberi kesempatan bertemu dengan 1 januari 2014 bersama anggota keluarga yang lengkap, teman-teman yang semakin banyak dan seseorang yang gue sayang karena Allah.
So many people said this 2013, wouldn’t be nice ‘cause that’s a bad number. HA-HA. c’mon don’t be stupid people guys. Let’s create the best destination for us to guess the best destination from God. Bad or Nice? Isn’t about a number.
best regard
via
Label:
Random