Kamis, 22 Mei 2014

Lupakan!

Kamu memanggilnya. Berulang kali.
Berharap iya akan kembali atau perpisahan hanya bagian dari mimpi?
Kamu serukan namanya.
Berharap ia bertahan di tempatnya.
Berbaik hati, membelitkan perban, menuang obat merah, pada hatimu yang berdarah-darah.

Tapi sia-sia. Sungguh tanpa guna.
Ia tetap pergi.
Membiarkanmu mengobati lukamu sendiri.

Tapi lihat dirimu?
Bukan menarik iba tapi mendulang murka?
Lihat sikapmu?
Bukan tercermin sabar malah memancing gusar.
Bagaimana kamu bisa begitu egois?
Tidak ingin disakiti.
Katamu, sudah bertubi-tubi.
Tapi kamu sendiri menebar duri.
Tidak ingin diganggu.
Tapi kamu sendiri melempar kerikil dan batu-batu.

Hei!
Kamu!
Tidakkah terbaca?
luka-luka yang tertera.
setiap kali ceritamu masih tentang dia.
Aku terluka.

Lalu luka itu kamu namai penindasan
Atas dasar ketakutan.
Bagaimana kamu bisa menyebutnya suara ketakutan?
Tidakkah terdengar seperti seruan kekecewaan?
Terhadapmu yang ingkar pada sebuah pernyataan.
Kemana ikhlas yang dulu kamu ucapkan?

Berhentilah bermain dengan kata-kata.
Karena tidak semua orang buta berbahasa.
Biarkan. Boleh abaikan yang tidak mengerti.
Tapi aku bukan bagian dari mereka yang sulit memahami.
bagaimana setiap huruf itu
setiap kata itu
setiap kalimat itu
Masih bercerita tentang orang yang sama.
tentang dia...
Dia
Dia
Dia
Orang yang seharusnya sudah kamu lupa.



best regard
via

Senin, 30 Desember 2013

Mendung, Lebah dan Bintang

Lihatlah mendung, fahami bagaimana caranya merindu hujan
Begitu indah dalam panggilan-panggilan yang manis
Untuk yang dirindu, dibiarkan diri tergelapi
Dibiarkan diri dirutuki penduduk bumi
Ah, mendung lagi mendung lagi
Pernahkah ia tahu bahwa hujan yang dirindukan justru akan membinasakan?
Pernahkah ia mengerti bahwa hujan yang akan membawanya pada ketiadaan lantas menari dengan pelangi pada akhirnya?
Tak tahukah mendung akan hal itu?
Tentu!
Tentu saja mendung tahu, lantas mengapa ia masih bertahan dalam kerinduan pada hujan yang menyakitkan?

Lihatlah lebah dan fahami usahanya mencapai bunga
Begitu gigih dalam pengharapan yang tulus
Direlakan diri terbang jauh
Bahkan ke tempat-tempat tak terduga
Asing
Hingga sayapnya melemah didera angin
Akankah ia kecewa jika bunga yang dituju mungkin tak bermadu
Akankah ia berhenti saat tahu bunganya dikelilingi belukar berduri
Tidakkah ada yang memberitahu lebah tentang hal ini?
Ada!
Tentu saja ada, lantas mengapa lebah masih dalam usahanya untuk bunga yang tak pasti?

Dan terakhir
Lihatlah bintang, fahami penantiannya pada pagi
Begitu manis dalam setia yang indah
Biar sekitarnya gelap
Biar ia sendiri diejek malam
Biar yang lain meragu pada sinarnya
Tetap dinanti pagi hingga redup terangnya diri
Pernahkah bintang tahu bahwa pagi akan datang hanya jika ia pergi
Pernahkah bintang tahu penghuni langit mengingini pagi dengan mentari
Tak mengertikah bintang tentang hal ini?
Mengerti!
Tentu saja mengerti, lantas mengapa bintang masih setia pada pagi yang melukai?

Mendung, lebah, bintang…
Ada apa dengan mereka?
Tidakkah merasa perbuatannya sia-sia?
Buang-buang waktu saja
Ada apa dengan mereka?
Tidak pernah ada yang tahu jawabannya

Tapi…
Coba lihat apa yang ingin mereka ajarkan
Merindu dengan rindu terdalam
Berusaha dengan usaha terhebat
Setia dalam kesetiaan terbaik
Bisakah kita seperti mereka?
Bisakah kita?


best regard
via